PULAU HANTU PART 8
PART 8
Kami duduk saling berdampingan di bawah salah satu pohon yang berukuran sedang. Aldi bercerita tentang banyak hal denganku. Mulai dari hal aneh yang kami dengar saat malam pertama waktu camping di pantai. Sampai pada malam kedua saat Abin tiba-tiba berlari ke dalam hutan seperti orang yang ketakutan.
Dalam ceritanya itu, dia melihat begitu banyak keenehan yang terjadi selama dia berlari mengejar Abin di hutan hingga akhirnya dia tersesat dan kemudian terbangun di tepi sungai.
Saat Aldi mendengar keributan di tepi pantai, dia mencoba mengintip dari sela-sela jendela tenda. Waktu itu Abin masih tertidur. Dia melihat ada orang yang sedang berdiri di dalam hutan, dan orang aneh tersebut melihat ke arah tenda mereka.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba Abin ngomong sendiri di sebelahnya.
"Iya, iya. Saya akan melakukannya. Tapi tolong jangan sakiti aku dan teman-temanku" Abin berbicara dengan nada yang separuh memohon. Akan tetapi Aldi tidak menghiraukannya. Karena setelah itu Abin sudah kembali terdiam. Dan anehnya lagi, saat Aldi mengintip lagi keluar, orang aneh yang berdiri di hutan sudah menghilang entah kemana.
Aldi juga bercerita tentang pengalamannya selama mengejar Abin di hutan.
Katanya, dia melihat banyak sekali orang-orang aneh yang bersembunyi di hutan. Orang-orang tersebut terdengar saling berbisik, dan kemudian entah kenapa Abin merasa bahwa orang-orang tersebut ingin menangkapnya. Saat itulah dia berlari ke dalam hutan, dan dia sudah tidak peduli lagi dengan Abin, karena dia hanya mementingkan keselamatan dirinya. Saat itulah dia bertemu dengan pak tua, lalu pak tua itu membawanya ke rumah beliau, lalu memberi Abin makan dengan makanan yang lezat. Setelah itu dia beranjak ke kamar, dan tertidur di sana.
Jam sudah pukul 12 lewat. Siang hari. Udara di hutan terasa sejuk.
Sudah hampir satu jam kami duduk di sana, bercerita tentang banyak hal. Namun Ani belum juga keluar menemui kami.
"Ini, buat kamu" Tiba-tiba Aldi memberiku setangkai bunga yang indah. Warnanya merah. Entah kenapa pula tiba-tiba saja aku menjadi gugup seketika.
"Terimakasih" Begitu kataku dengan nada suara yang separuh hilang. Aku bingung, padahal tadi kami ngomong dan bercerita panjang lebar dengan begitu akrab. Akan tetapi sekarang kok situasinya mendadak berubah. Aku merasa tersipu dan malu. Aku bahkan sudah menduga bahwa pipiku itu pasti akan memerah.
"Kamu malu, ya? Aldi tiba-tiba melempariku dengan pertanyaan yang membuatku semakin gila. Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya senyum-senyum dan kemudian menggelengkan kepala.
"Tuh, kok wajah kamu memerah" Aldi tertawa kecil menatap wajahku. Aku langsung kaget dan berusaha untuk menyembunyikannya.
"Ehh nggak kok, kenapa juga malu, kamu aja tuh yang..."
"Kok, nadanya gitu sih. Hahaha" Aldi semakin tertawa lebar. Sementara aku malah mati kutu.
Tak bisa ku pungkiri lagi, Aldi adalah seorang pria yang tampan. Senyumnya membuatku luluh, apalagi saat dia memberikan bunga kepadaku, huh rasanya dunia ini hampir runtuh menimpaku.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba kami melihat ada orang yang sedang berdiri di di belakang kami, dekat jalan ke taman yang tadinya sudah kami lewati.
Orang asing tersebut menatap kami dengan tatapan tajam. Dalam waktu sekitar 4 detik kemudian tiba-tiba dia langsung pergi dan menghilang di balik semak. Melihat hal tersebut, kami berdua sontak heran dan saling bertanya-tanya. Bahkan Aldi sempat berlari memanggilnya, namun orang tersebut sudah menghilang entah kemana.
Aku mulai tidak nyaman lagi berada di tempat tersebut. Tiba-tiba hawanya terasa berubah menjadi menyeramkan. Namun Ani belum juga kembali, jangan-jangan dia juga sudah menghilang, begitulah dugaanku.
Aku mengajak Aldi untuk menyusul Ani dan mencarinya, karena rasanya sudah terlalu lama Ani pergi dan belum juga kembali sampai sekarang. Aldi setuju dengan ajakanku tersebut. Kami segera bergegas dari tempat itu menuju ke arah Ani berjalan.
Kami mulai keluar dan meninggalkan taman tersebut.
"ANII...!
Aldi memanggil dengan suara yang keras. Aku juga ikut memanggilnya.
Langit sudah mulai kelam, sepertinya tidak lama lagi hujan akan segera turun. Begitulah dugaanku.
Kami berhenti di sebuah dinding tebing yang tinggi menjulang kelangit. Tingginya sekitar puluhan meter. Dinding tebing tersebut ditumbuhi oleh rumput-rumput liar dan juga lumut. Kami duduk di sana selama beberapa menit. Kami duduk membelakangi tebing.
Benar kataku, kini gerimis sudah mulai turun dari langit.
Tiba-tiba pada waktu yang bersamaan, mataku ini tak sengaja melihat ke arah tepi tebing itu yang berada cukup jauh dari tempat kami berada. Kelihatannya ada sebuah lubang yang terlihat seperti goa. Aku segera memberitahukan Aldi tentang hal tersebut.
"Aldi, lihat, disana ada goa" Aku mengarahkan tanganku untuk menunjuk. Aldi langsung menoleh, dan dia pun juga melihatnya.
"Ayo kita cepet kita berteduh disana, hujan semakin lebat" Aldi menarik lenganku. Dan kemudian membawaku berlari. Aku pun ikut berlari bersamanya menuju goa tersebut.
Kami langsung masuk ke mulut goa.
Kami hanya berteduh di mulut goa, karena kami tidak berani masuk ke dalam goa tersebut. Di dalam sana sangat gelap, kami tidak bisa melihat apapun.
Luas goa tersebut cukup besar, aku sempat mengukur luas mulutnya itu lebih kurang sekitar 7 meter. Akan tetapi aku tidak tahu seberapa panjangkah goa tersebut? Itu masih menjadi tanda tanya. Aku hanya bisa menduga bahwa goa tersebut lebih panjang dari 50 meter ke dalam. Itu hanyalah perkiraanku saja.
Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 2. Tidak lama lagi hari akan berganti sore.
"Ani di mana? Sampai sekarang kok dia belum juga menampakkan diri?" Aku bertanya dengan nada cemas kepada Aldi.
"Entahlah, aku juga tidak tahu" Aldi menggerakkan bahunya. Dia juga tidak tahu.
Kami diam di sana selama beberapa puluh menit sambil menunggu hujan reda.
Tiba-tiba ada suara aneh yang kami dengar dari dalam goa tersebut. Suara itu terdengar seperti suara pekikan panjang. Sontak kami langsung bangun dari tempat duduk karena terkejut.
Tak lama kemudian terdengar lagi seperti ada bunyi bantu gang runtuh di dalam sana. Jaraknya cukup jauh di dalam. Namun kami merasa sedikit takut, hingga kami memutuskan untuk menyingkir sedikit dari mulut goa untuk berjaga-jaga.
Aku memegang tangan Aldi dengan erat. Aku takut.
Tiba-tiba terdengar lagi seperti bunyi suara kaki orang yang sedang berlari keluar. Aku dan Aldi kini sudah menjauh dari goa dalam jarak 10 meter. Kami bersiap-siap untuk melarikan diri.
"ALDII..! RANTII..! TOLOOONNGG..!" Suara itu tiba-tiba terdengar dari dalam goa. Semakin dekat dan kian mendekat.
Kami yang tadinya bersiap untuk lari-kini kembali menoleh kebelakang untuk mencari tahu suara siapakah itu.
Lalu muncullah seseorang dari dalam goa tersebut sambil berlari. Kami hampir saja tidak mengenali siapakah orang tersebut. Karena tubuhnya berlumur lumpur hitam.
"Tolong aku... Ran.." Orang tersebut menyebut namaku. Dia terjatuh di mulut goa
"Oh tidak.." Aku berseru dalam hati.
"Anii..." Aku langsung berlari untuk membantunya. Begitupun dengan Aldi.
"Ada apa?" Aku bertanya pada Ani sambil membawanya keluar dari dalam goa tersebut.
"Makhluk aneh itu menerorku" Ani berkata dengan nada lemah. Sepertinya dia masih berusaha mengatur nafas untuk berbicara. Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pertanyaanku, karena menurutku hal yang paling penting dilakukan pada saat itu ialah membawanya pergi sejauh mungkin dari goa tersebut.
Kami terus membawanya berjalan menembus hujan gerimis untuk meninggal kan goa tersebut. Kami berhasil melewati taman bunga itu dengan selamat. Kini kami sedang berjalan melewati pohon-pohon beringin yang berada di lereng bukit.
Di sana kami berhenti di bawah salah satu pohon beringin yang rindang. Ada yang aneh menurutku. Beruk-beruk yang tadinya ramai bertengger di atas pohon, kini sudah tidak ada satupun lagi yang terlihat. Semuanya benar-benar sepi.
Gerimis masih turun dengan nada suara yang lembut. Rumput-rumput kecil terlihat basah tersiram hujan. Sesekali suara petir juga terdengar bergemuruh di langit. Sementara kami masih juga mendekam di sana, tanpa beranjak sedikitpun.
>>BACA KELANJUTAN CERITANYA
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
>> CERITA LAINNYA
Kami duduk saling berdampingan di bawah salah satu pohon yang berukuran sedang. Aldi bercerita tentang banyak hal denganku. Mulai dari hal aneh yang kami dengar saat malam pertama waktu camping di pantai. Sampai pada malam kedua saat Abin tiba-tiba berlari ke dalam hutan seperti orang yang ketakutan.
Dalam ceritanya itu, dia melihat begitu banyak keenehan yang terjadi selama dia berlari mengejar Abin di hutan hingga akhirnya dia tersesat dan kemudian terbangun di tepi sungai.
Saat Aldi mendengar keributan di tepi pantai, dia mencoba mengintip dari sela-sela jendela tenda. Waktu itu Abin masih tertidur. Dia melihat ada orang yang sedang berdiri di dalam hutan, dan orang aneh tersebut melihat ke arah tenda mereka.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba Abin ngomong sendiri di sebelahnya.
"Iya, iya. Saya akan melakukannya. Tapi tolong jangan sakiti aku dan teman-temanku" Abin berbicara dengan nada yang separuh memohon. Akan tetapi Aldi tidak menghiraukannya. Karena setelah itu Abin sudah kembali terdiam. Dan anehnya lagi, saat Aldi mengintip lagi keluar, orang aneh yang berdiri di hutan sudah menghilang entah kemana.
Aldi juga bercerita tentang pengalamannya selama mengejar Abin di hutan.
Katanya, dia melihat banyak sekali orang-orang aneh yang bersembunyi di hutan. Orang-orang tersebut terdengar saling berbisik, dan kemudian entah kenapa Abin merasa bahwa orang-orang tersebut ingin menangkapnya. Saat itulah dia berlari ke dalam hutan, dan dia sudah tidak peduli lagi dengan Abin, karena dia hanya mementingkan keselamatan dirinya. Saat itulah dia bertemu dengan pak tua, lalu pak tua itu membawanya ke rumah beliau, lalu memberi Abin makan dengan makanan yang lezat. Setelah itu dia beranjak ke kamar, dan tertidur di sana.
Jam sudah pukul 12 lewat. Siang hari. Udara di hutan terasa sejuk.
Sudah hampir satu jam kami duduk di sana, bercerita tentang banyak hal. Namun Ani belum juga keluar menemui kami.
"Ini, buat kamu" Tiba-tiba Aldi memberiku setangkai bunga yang indah. Warnanya merah. Entah kenapa pula tiba-tiba saja aku menjadi gugup seketika.
"Terimakasih" Begitu kataku dengan nada suara yang separuh hilang. Aku bingung, padahal tadi kami ngomong dan bercerita panjang lebar dengan begitu akrab. Akan tetapi sekarang kok situasinya mendadak berubah. Aku merasa tersipu dan malu. Aku bahkan sudah menduga bahwa pipiku itu pasti akan memerah.
"Kamu malu, ya? Aldi tiba-tiba melempariku dengan pertanyaan yang membuatku semakin gila. Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya senyum-senyum dan kemudian menggelengkan kepala.
"Tuh, kok wajah kamu memerah" Aldi tertawa kecil menatap wajahku. Aku langsung kaget dan berusaha untuk menyembunyikannya.
"Ehh nggak kok, kenapa juga malu, kamu aja tuh yang..."
"Kok, nadanya gitu sih. Hahaha" Aldi semakin tertawa lebar. Sementara aku malah mati kutu.
Tak bisa ku pungkiri lagi, Aldi adalah seorang pria yang tampan. Senyumnya membuatku luluh, apalagi saat dia memberikan bunga kepadaku, huh rasanya dunia ini hampir runtuh menimpaku.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba kami melihat ada orang yang sedang berdiri di di belakang kami, dekat jalan ke taman yang tadinya sudah kami lewati.
Orang asing tersebut menatap kami dengan tatapan tajam. Dalam waktu sekitar 4 detik kemudian tiba-tiba dia langsung pergi dan menghilang di balik semak. Melihat hal tersebut, kami berdua sontak heran dan saling bertanya-tanya. Bahkan Aldi sempat berlari memanggilnya, namun orang tersebut sudah menghilang entah kemana.
Aku mulai tidak nyaman lagi berada di tempat tersebut. Tiba-tiba hawanya terasa berubah menjadi menyeramkan. Namun Ani belum juga kembali, jangan-jangan dia juga sudah menghilang, begitulah dugaanku.
Aku mengajak Aldi untuk menyusul Ani dan mencarinya, karena rasanya sudah terlalu lama Ani pergi dan belum juga kembali sampai sekarang. Aldi setuju dengan ajakanku tersebut. Kami segera bergegas dari tempat itu menuju ke arah Ani berjalan.
Kami mulai keluar dan meninggalkan taman tersebut.
"ANII...!
Aldi memanggil dengan suara yang keras. Aku juga ikut memanggilnya.
Langit sudah mulai kelam, sepertinya tidak lama lagi hujan akan segera turun. Begitulah dugaanku.
Kami berhenti di sebuah dinding tebing yang tinggi menjulang kelangit. Tingginya sekitar puluhan meter. Dinding tebing tersebut ditumbuhi oleh rumput-rumput liar dan juga lumut. Kami duduk di sana selama beberapa menit. Kami duduk membelakangi tebing.
Benar kataku, kini gerimis sudah mulai turun dari langit.
Tiba-tiba pada waktu yang bersamaan, mataku ini tak sengaja melihat ke arah tepi tebing itu yang berada cukup jauh dari tempat kami berada. Kelihatannya ada sebuah lubang yang terlihat seperti goa. Aku segera memberitahukan Aldi tentang hal tersebut.
"Aldi, lihat, disana ada goa" Aku mengarahkan tanganku untuk menunjuk. Aldi langsung menoleh, dan dia pun juga melihatnya.
"Ayo kita cepet kita berteduh disana, hujan semakin lebat" Aldi menarik lenganku. Dan kemudian membawaku berlari. Aku pun ikut berlari bersamanya menuju goa tersebut.
Kami langsung masuk ke mulut goa.
Kami hanya berteduh di mulut goa, karena kami tidak berani masuk ke dalam goa tersebut. Di dalam sana sangat gelap, kami tidak bisa melihat apapun.
Luas goa tersebut cukup besar, aku sempat mengukur luas mulutnya itu lebih kurang sekitar 7 meter. Akan tetapi aku tidak tahu seberapa panjangkah goa tersebut? Itu masih menjadi tanda tanya. Aku hanya bisa menduga bahwa goa tersebut lebih panjang dari 50 meter ke dalam. Itu hanyalah perkiraanku saja.
Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 2. Tidak lama lagi hari akan berganti sore.
"Ani di mana? Sampai sekarang kok dia belum juga menampakkan diri?" Aku bertanya dengan nada cemas kepada Aldi.
"Entahlah, aku juga tidak tahu" Aldi menggerakkan bahunya. Dia juga tidak tahu.
Kami diam di sana selama beberapa puluh menit sambil menunggu hujan reda.
Tiba-tiba ada suara aneh yang kami dengar dari dalam goa tersebut. Suara itu terdengar seperti suara pekikan panjang. Sontak kami langsung bangun dari tempat duduk karena terkejut.
Tak lama kemudian terdengar lagi seperti ada bunyi bantu gang runtuh di dalam sana. Jaraknya cukup jauh di dalam. Namun kami merasa sedikit takut, hingga kami memutuskan untuk menyingkir sedikit dari mulut goa untuk berjaga-jaga.
Aku memegang tangan Aldi dengan erat. Aku takut.
Tiba-tiba terdengar lagi seperti bunyi suara kaki orang yang sedang berlari keluar. Aku dan Aldi kini sudah menjauh dari goa dalam jarak 10 meter. Kami bersiap-siap untuk melarikan diri.
"ALDII..! RANTII..! TOLOOONNGG..!" Suara itu tiba-tiba terdengar dari dalam goa. Semakin dekat dan kian mendekat.
Kami yang tadinya bersiap untuk lari-kini kembali menoleh kebelakang untuk mencari tahu suara siapakah itu.
Lalu muncullah seseorang dari dalam goa tersebut sambil berlari. Kami hampir saja tidak mengenali siapakah orang tersebut. Karena tubuhnya berlumur lumpur hitam.
"Tolong aku... Ran.." Orang tersebut menyebut namaku. Dia terjatuh di mulut goa
"Oh tidak.." Aku berseru dalam hati.
"Anii..." Aku langsung berlari untuk membantunya. Begitupun dengan Aldi.
"Ada apa?" Aku bertanya pada Ani sambil membawanya keluar dari dalam goa tersebut.
"Makhluk aneh itu menerorku" Ani berkata dengan nada lemah. Sepertinya dia masih berusaha mengatur nafas untuk berbicara. Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pertanyaanku, karena menurutku hal yang paling penting dilakukan pada saat itu ialah membawanya pergi sejauh mungkin dari goa tersebut.
Kami terus membawanya berjalan menembus hujan gerimis untuk meninggal kan goa tersebut. Kami berhasil melewati taman bunga itu dengan selamat. Kini kami sedang berjalan melewati pohon-pohon beringin yang berada di lereng bukit.
Di sana kami berhenti di bawah salah satu pohon beringin yang rindang. Ada yang aneh menurutku. Beruk-beruk yang tadinya ramai bertengger di atas pohon, kini sudah tidak ada satupun lagi yang terlihat. Semuanya benar-benar sepi.
Gerimis masih turun dengan nada suara yang lembut. Rumput-rumput kecil terlihat basah tersiram hujan. Sesekali suara petir juga terdengar bergemuruh di langit. Sementara kami masih juga mendekam di sana, tanpa beranjak sedikitpun.
>>BACA KELANJUTAN CERITANYA
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
>> CERITA LAINNYA
Comments
Post a Comment