Posts

Showing posts from November, 2022

BUS PENYELAMAT - PART 25

Image
  “Begini, dengarkan aku dulu, sebenarnya aku dan Meri sedang mencari cara untuk memberitahumu, karena kami takut apa yang kami katakan nantinya itu akan membuatmu menjadi kaget, sehingga membuat penyakitmu itu menjadi kambuh, itulah yang membuat kami berdua memutuskan untuk menutupinya darimu dan menunggu waktu   yang tepat untuk memberitahumu. Mungkin inilah waktu yang tepat untuk membuka semuanya, karena keadaan sudah mulai terasa tidak aman. Sekali lagi kami berdua ingin meminta maaf kepadamu, kami tidak punya maksud lain sedikit pun.” Meri meletakkan tangannya di atas paha Irma, ia sedang berusaha untuk membujuknya. Syukurlah Irma segera memahami situasi. “Paman, selain dari buku ini, apakah Paman juga punya barang bukti lain seperti foto misalnya?” Meri menaikkan alis matanya. Paman Tanjo hanya menjawabnya dengan gelengan kecil. Tidak ada. “Baiklah, begini, Paman. Kami punya sebuah rencana.” Sekali lagi Sindi membenahi posisi duduknya. Tatap matanya tampak begitu dalam dan se

BUS PENYELAMAT - PART 24

Image
“Selamat pagi adik-adik semuanya, apakah gerangan yang membuat kalian datang ke tempat ini? Apakah ada suatu hal yang bisa saya bantu?” tanya sang penerjemah. Dia mempersilahkan Sindi dan dua orang temannya itu duduk di kursi kayu yang melingkar di ruangan tamu rumahnya. Setelah itu, kemudian muncullah Nenek tua dari dalam kamarnya. Beliau juga ikut duduk di hadapan mereka. “Maaf jika kedatangan kami yang mendadak ini sedikit membuat Paman dan keluarga menjadi kaget.” Sindi membenahi tempat duduknya. Pria yang bernama Tanjo itu hanya tersernyum kecil sembari menganggukkan kepalanya. Menyimak. “Jadi, maksud kedatangan kami kesini hari ini ialah untuk meminta bantuan kepada Paman Tanjo untuk menemani kami mewawancarai para warga di desa ini, karena di pagi ini Buyung dan Ole tidak muncul sama sekali, entah kemana pergi mereka, kami tidak tahu” Sindi mengutarakan maksud dari kedatangannya. Meri juga turut mengangguk kecil sambil tersenyum mengiyakan perkataan Sindi. “Owh begitu, ten

BUS PENYELAMAT - PART 23

Image
  Saat itu jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul dua pagi. Malam yang begitu gelap di luar sana beberapa jam yang lalu itu kini perlahan-lahan mulai berubah menjadi terang bercahaya. Awan hitam yang menutupi langit kini sepertinya telah berhasil diusir pergi oleh Buyung dan teman-teman penyihirnya yang lain. Malam bulan purnama yang ke empat belas. Meri dan Sindi masih tampak gelisah di dalam kamar mereka, sementara itu teman mereka Irma malah tertidur pulas tanpa mengetahui apapun. Acara ritual berdarah itu kini telah berakhir, para pria yang kejam itu sudah bubar dari dari jalanan di dean rumah. Syukurlah di malam itu Buyung dan Ole tidak tidur di rumah tersebut, mereka berdua ikut pergi bersama dengan teman-teman mereka yang misterius itu ke suatu tempat. Entahlah, Meri dan Sindi tidak mengetahuinya secara pasti kemanakah mereka semua pergi. “Meri, apa kau ingat dengan ucapan Nenek tua di ladang manggis siang tadi?” Tanya Sindi pada Meri dengan nada yang setengah berbisik. Me

BUS PENYELAMAT - PART 22

Image
  Hujan semakin deras di luar sana bersama hembusan angin yang   cukup kencang Matahari baru saja tenggelam, hari perlahan-lahan mulai berubah menjadi gelap. Malam telah tiba. Hawa dingin semakin menyerbu dan mengamuk, sehingga mereka bertiga pun memutuskan untuk beranjak masuk ke dalam rumah sebagai dalih untuk menghindari Buyung. Waktu berlalu dengan begitu cepat. Rasanya baru saja ia berada di rumah Nenek Tua itu, padahal waktu sudah berjam-jam berlalu. Perkataan Nenek tua itu benar-benar membuat kepala Sindi menjadi pusing, wajah dan suaranya terus membayangi benaknya. Kini malam sudah begitu larut, jam di tangannya telah menunjukkan pukul sebelas malam lewat. Kedua orang temannya itu bahkan juga sudah hanyut di dalam tidur mereka. Angin malam terdengar cukup ribut di luar sana, membuat ranting-ranting pohon beringin yang ada di seberang jalan menjadi berisik. Pelan sekali, dalam samar-samar suara wanita yang misterius itu mulai terdengar bersenandung. Menurut cerita Buyung, wa

BUS PENYELAMAT - PART 21

Image
  “Apa yang telah mereka katakan kepada kalian, tadi?” tanya Buyung pada Sindi. Sindi hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, “Gak ada apa-apa, mereka hanya memberikan kami buah-buahan yang mereka petik dari ladang mereka. Kami tidak mengerti ucapan Nenek tua itu, dia berbicara menggunakan bahasa yang tidak kami pahami.” Jawab Sindi sambil berusaha untuk menghilangkan rasa keraguannya atas jawabannya tersebut. Setelah itu, mereka pun segera kembali menuju rumah penginapan. Hari telah sore. Suara petir mulai terdengar bergemuruh di langit, awan hitam tampak bergumpal dan berlapis-lapis menutupi angkasa. Senja di sore itu tampak memudar, sinarnya tertahan oleh gulungan mendung yang gelap. Sepertinya hujan deras akan segera turun menyiram desa tersebut. Meri duduk di balkon rumah sambil meneguk secangkir kopi hangat. Jauh matanya memandang, rintik-rintik hujan mulai jatuh menimpa atap rumah dan tanah. Kejadian yang terjadi di malam tadi terus menerus mengusik pikirannya, sehingga