PULAU HANTU PART 4

PART 4



Meskipun makhluk itu sudah menghilang entah kemana, namun kami masih tetap berlari tanpa henti menyusuri pantai.

Kami tidak tahu lagi harus kemana, yang kami lakukan hanyalah berjalan menyusuri pantai yang indah itu sambil berharap agar bisa bertemu dengan tenda dan juga teman-teman kami di sana. Semoga saja mereka semua sudah sampai di sana dalam keadaan selamat, dan kami bisa segera pergi meninggalkan pulau tersebut secepat mungkin.

 "Ani, apa lagi yang kamu lihat dalam mimpimu itu?" Pertanyaan ku seperti pertanyaan penjudi yang sedang minta nomor togel kepada mbah dukun. Entah kenapa pula sekarang aku mendadak menjadi percaya sepenuhnya dengan mimpi buruk Ani tersebut.

"Kamu ingat gak ada suara keributan di pantai tadi malam?" Ani langsung menyemprotku dengan pertanyaan yang membuatku merinding.

Aku hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan.
.
"Dalam mimpiku itu, aku melihat dua kerajaan yang sedang berperang!" Ani menatapku horor.
"Kamu tahu gak itu kerajaan apa?"
"Itu adalah kerajaan jin" Ani memandangku dengan tatapan tajam.
Aku masih terdiam menyimak.

"Kerajaan yang berperang itu adalah kerajaan Jin yang bermukim di area pantai dengan Jin yang bermukim di hutan. Mereka berperang karena sama-sama ingin berkuasa. Akan tetapi, Jin-jin yang tinggal di hutan ini menjadi lebih kuat setelah mereka berhasil mengambil jantung manusia. Mereka menggunakan darah dan jantung manusia itu sebagai pusaka untuk meminta kekuatan kepada Iblis. Dan jantung manusia itu adalah jantung Abin" Ani tak berkedip sedikitpun ketika menyebutkan nama Abin.

"Apakah ada sebuah cara agar kita bisa menyelamatkan Abin dan teman-teman kita yang lain?" Aku melemparkan tanya dengan nada takut.

"Entahlah, aku tidak tahu. Karena mimpiku itu berakhir sewaktu kau membangunkanku dari tidur" Begitu jawab Ani.

Kami masih berjalan menyusuri pantai.

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 5 lewat. Sebentar lagi hari akan berganti pagi. Dan gelap akan segera lenyap terusir oleh cahaya matahari yang tidak lama lagi akan segera terbit.

Tidak ada yang terdengar selain dari pada deru angin dan ombak yang menerpa pantai. Tidak bunyi suara satu manusia pun yang kami dengar. Sepi.

Langit mulai bercahaya. Sang fajar mulai terlihat. Rasa takut dalam hati kami kini perlahan-lahan mulai berkurang.

"Lihat itu" Aku mengarahkan telunjuk ke depan. Dalam jarak 200 meter lebih, dalam samar kami dapat melihat dengan cukup jelas, itulah tenda kami tadi malam. Kami segera berlari untuk mendekatinya.

Tidak salah lagi, ternyata benar itu adalah tenda kami.

Setibanya di sana, aku dan Ani langsung memeriksa tenda. Namun tidak satu orang pun yang kami temukan. Tenda kami masih utuh sedia kala tanpa penghuni.

Rasa khawatirku yang tadinya sempat reda kini mulai timbul kembali.
"Di mana Abin? Aldi, Mela, dan Raysa? Sampai sekarang mereka belum juga datang" Aku meneteskan air mata. Menangis seperti anak kecil. Begitupun dengan Ani. Kami saling berpelukan.

Hari sudah terang. Matahari sudah mulai beredar di langit. Akan tetapi satupun teman kami belum juga ada yang kembali menampakkan diri mereka. Mereka masih terjebak di hutan.

Setelah sarapan pagi, Aku dan Ani memutuskan untuk kembali melakukan pencarian di sekitar hutan tempat di mana pertama kali Abin dan Aldi menghilang.

Kabut masih tak mau beranjak, hanya saja kali ini mereka terlihat sedikit menipis dari pada tadi malam.

"Di sini... Di sinilah tempat pertama Abin berada sebelum dia berlari memasuki hutan" Aku menunjuk ke area semak-semak yang berada di samping kanan kami. Di sana kami melihat puntung rokok yang di hisap oleh Abin masih tergelatak di tanah.

"Mereka berlari ke arah sana" Aku mengarahkan tangan menunjuk ke dalam hutan.
Ani hanya diam melempar pandang tanpa suara.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Begitu tanya Ani padaku.
"Kita harus menelepon pak sopir yang kemaren membawa kita ke sini. Kita butuh bantuan beliau"

"EEhh, tunggu dulu, hp ku hilang, Ni" Aku masih sibuk memeriksa saku. Seolah tidak percaya.
"Ani juga ikut menggaruk saku celananya untuk mencari ponselnya. Untunglah ponsel Ani masih ada dan utuh. Aku sedikit lega sambil mengelus dada.

"Kamu punya nomor bapak itu nggak?" Aku bertanya penuh selidik. Namun Ani malah menggelengkan kepala. Tidak punya.

"Aldi. Sore itu aku melihat Aldi mengobrol cukup lama dengan beliau, dan aku rasa Aldi pasti punya nomor beliau" Ani mendadak teringat waktu hari pertama saat kami menaiki kapal. Aldi adalah orang yang paling dekat dengan pak sopir kapal. Pastilah dia punya nomor beliau. Begitulah perkiraan kami.

Kamipun memutuskan untuk mencari Aldi.

"ALDIII...
"ABIIINN...
Kami berteriak di sepanjang jalan untuk memanggil mereka. Bergantian.

"MELAAAA ...
"RAYSAAA...
Puas sudah kami berteriak memanggil, namun tidak ada satupun suara sahutan mereka yang terdengar menjawab.

Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil meneguk air. Kami berteduh di bawah salah satu pohon yang cukup besar. Disekeliling kami terdapat banyak sekali pohon-pohon yang besar. Pohon-pohon itu tampak mengerikan, ada banyak akar yang bergelantungan di atasnya.

Pencarian kami terus berlanjut hingga sore. Namun hasilnya masih tetap nihil. Kini, kami berada di sebuah rawa yang sedikit berlumpur. Di sana ada cukup banyak jenis ular yang kami temui. Akan tetapi kami tidak peduli, tekad kami harus tercapai. Kami harus menemukan mereka sebelum malam datang.

Pulau ini adalah pulau yang indah. Pantai dan hutannya begitu menawan. Ada banyak air terjun dan sungai-sungai yang kami temui. Namun di malam hari tempat yang indah ini justru berubah menjadi menakutkan.

Jam sudah pukul 3 sore. Tidak ada suara mereka yang kami dengar, apalagi jejak mereka, semuanya benar-benar masih menjadi misteri.

Kami telah tiba di sebuah sungai. Sungai tersebut tidak terlalu besar, akan tetapi airnya sejuk dan jernih. Kami berhenti di dana sekitar belasan menit. Lalu kemudian memutuskan untuk kembali menuju pantai.

Tiba-tiba mataku tak sengaja melihat ada sesuatu yang aneh. Dari tempat kami berada, benda itu terlihat berwarna putih. Jarak kami dan benda tersebut hanya terpisah oleh sungai. Hanya saja benda itu sedikit berada di atas, di dalam semak-semak. Terhalang oleh daun-daun.

Aku masih sibuk menatap benda itu.
"Ya ampunnn... Itu Aldi..." Aku berseru kaget setelah mengetahuinya.
"Mana..?"
Ani masih menerawang seakan belum percaya.
"Lihat itu, itu adalah punggung belakangnya, Ani" Aku mengacungkan telunjuk untuk membantu Ani melihat.
Kami segera berlari menyeberangi sungai untuk mendekati Aldi yang sepertinya sedang tertidur. Begitulah dugaan kami.

"Aldi.. Aldi.." Aku menggoncang tubuhnya.
"Aldi, bangun... Ini kami" Aku dan Ani sedikit terburu-buru membangunkan nya.
Aldi segera melompat terkejut. Kini dia sudah bangun.

"Di mana kita?" Aldi bertanya dengan nada panik.
"Kita berada di hutan, Abin mana?" Aku kembali bertanya padanya.
"Hah? Entahlah, aku tidak tahu. Tadi malam aku melihatnya lari ke hutan. Setelah itu tiba-tiba aku mendengar suaranya menjerit untuk meminta tolong, namun setelah itu semuanya lenyap" Aldi memasang muka haru saat bercerita.

"Terus bagaimana kamu bisa tidur di tempat ini? Aku menunjuk semak-semak yang berada di sekitar kami. Di sana banyak sekali rumpun duri yang tumbuh di sela-sela rumput liar.

"Entahlah, aku tidak tahu".
"Tadi malam aku berlari mengejar Abin, namun Abin menghilang tanpa jejak setelah berteriak. Aku terus berlari menembus hutan untuk mencarinya, namun aku tidak bisa menemukannya.
Lalu kemudian tiba-tiba aku mendengar suara aneh yang berasa dari sekeliling. Suara itu seperti suara orang-orang yang sedang berbisik ingin menangkap ku. Aku segera berlari melarikan diri. "

"Tiba-tiba ada orang yang berbaju putih memanggilku. Wajahnya bersih. Dialah yang menyelamatkanku dari kejaran orang-orang misterius tadi malam. Dia membawaku ke rumahnya. Lalu memberiku makan, dan menyuruhku tidur di kamar. Setelah itu, tiba-tiba saja aku melihat kalian berdua di sini" Aldi menatap kami satu persatu dengan wajah bingung. Sepertinya dia masih heran dengan kejadian tadi malam.

Setelah mengobrol dan bercerita cukup lama tentang keanehan pulau tersebut, kami memutuskan untuk segera pergi dari sana, karena sebentar lagi hari akan gelap.

Kami menuju pantai.

>> BACA KELANJUTAN CERITANYA

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13


>> CERITA LAINNYA

Comments

Popular posts from this blog

ISIM MUFRAD, MUTSANNA, DAN JAMAK

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara