PULAU HANTU PART 10

PART 10


Tiga orang yang dipukulnya itu mulai bangun dan berdiri kembali. Pak sopir masih terlihat sedikit menahan sakit, tangannya masih menatap wajahnya yang sedikit bengkak. Begitupun dengan dua orang kru kapal. Aldi benar-benar keterlaluan. Begitulah geming kesal ku dalam hati.

"Maaf pak.. tadi aku benar-benar hilang kendali" Aldi menyesali perbuatannya. Dia sedikit mendayu kepada tiga orang tersebut untuk meminta maaf. Syukurlah mereka tidak mau memperpanjang urusan. Dan mereka mau memaafkan Aldi.
"Iya, iya... Lain kali kau harus mengontrolnya" Begitu kata sopir tersebut. Beliau sudah terlihat baik kembali meskipun dalam kondisi pipi yang sedikit bengkak.

Tiba-tiba Ani keluar dari tenda. Dia sudah bangun dari tidurnya. Sekarang dia dalam keadaan berjalan untuk menghampiri kami.

"Sebenarnya, tadi aku ingin menanyakan sesuatu, akan tetapi kau malah memukulku" Pak sopir kapal itu sedikit kesal mengingat apa yang baru saja terjadi.

"Aku tahu kalian itu sedang bingung dan panik karena kehilangan 3 orang sahabat. Kalian pasti akan melakukan segala cara untuk menemukan mereka. Benar, begitulah teman sejati tidak pernah meninggalkan teman. Akan tetapi, perlu kalian ingat. Pulau ini punya hukum dan caranya sendiri" Pak sopir menatap wajah kami bertiga satu persatu dengan serius.

"Maksud bapak hukum dan cara yang seperti apa, pak?" Aku langsung menimpali dengan pertanyaan. Karena menurutku bapak tersebut terlalu lama mengulur waktu untuk menceritakan hal yang sebenarnya.

"Apakah salah satu di antara kalian ada yang di datangi melalui mimpi?" Bapak sopir itu tampak menyelidik. Dia sedang menunggu jawaban dari kami.

"Iya, saya di datangi oleh seorang pria yang berbaju putih dalam mimpiku" Ani mendadak memotong pembicaraan dengan nada yang lantang.

"Apa yang pria tersebut katakan dalam mimpimu?" Pak sopir kembali bertanya penuh selidik. Seakan dia tengah menyelidiki sebuah kasus. Begitulah pikirku.

"Dia membawaku berjalan jauh, memperlihatkanku dengan berbagai hal. Termasuk juga bertemu dengan 3 orang sahabatku yang ditawan dan disiksa di penjara" Begitu jawab Ani dengan nada yang mantap.

"Itu saja yang dia lakukan?" Pak sopir itu kembali lagi bertanya. Dia ini sudah macam seorang wartawan yang sedang mewawancarai saksi pembunuhan.

"Dia memberiku sesuatu. Dan kemudian menyuruhku untuk menggali sumur dan menanam bunga mawar di tepi-tepi sungai tersebut."

"Apakah kalian sudah berhasil melakukannya hingga selesai?"

"Iya, semuanya sudah berhasil kami lakukan" Begitu jawab Ani kepada Sopir tersebut. Pantasan saja tadi Aldi sampai menghantamnya. Begitu gemingku dalam hati.

"Syukurlah" Sopir itu tersenyum lega mengelus dada. Melihat hal tersebut sontak kami bertiga langsung penasaran.

"Memangnya kenapa? Dari mana bapak tau tentang mimpi itu?" Aldi lebih dulu melemparkan pertanyaan kepada beliau.

"Sebelum ini, pernah juga terjadi kejadian yang serupa, dan merekapun juga selamat karena telah menuruti apa yang diminta oleh pria yang berjubah putih, sama seperti kalian, yaitu juga membuat sumur" Begitu kata beliau.

Kami semua menjadi heran. Kenapa kami bisa melakukan hal yang sama persis seperti yang telah dilakukan oleh pengunjung sebelumnya?

"Apakah mereka juga membuat kesalahan yang sama? Ataukah mungkin kejadiannya juga sama tiba-tiba berlari ke dalam hutan seperti orang yang ketakutan?" Aku bertanya dengan nada yang separuh menyelidik.

"Entahlah, kalau masalah itu saya tidak tahu. Coba tanyakan pada temanmu ini, dialah yang paling tahu, termasuk bagaimana cara menjemput teman-teman kalian itu dari alam mereka" Pak sopir menunjuk Ani. Seolah beliau juga tahu dengan semua yang Ani lihat dari dalam mimpinya.

"Apalagi yang akan kita lakukan, Ani?" Aku bertanya pada Ani. Aldi ikut menoleh. Sementara Ani menarik nafas dan mulai bercerita.

"Setelah melakukan semua yang dia perintahkan, pria itu kembali datang menemuiku. Dia mengucapkan selamat. Dan kemudian membawaku pergi ke sebuah tempat hang cukup jauh dari sini" Ani berhenti sejenak. Dan kemudian mulai bercerita lagi.

"Kami tiba di sebuah sumur kecil, ukuran sumur tersebut hampir sama dengan ukuran sumur yang kita gali. Airnya juga biru dan jernih. Adapula bunga-bunga mawar yang tumbuh di sekitar.

"Aku bertanya kepada pria itu mengenai sumur tersebut. Dan kata beliau, sumur itu di buat oleh pengunjung lain yang datang kesini sebelum kita. Beliau juga mengatakan bahwa ada sekitar 3 sumur lain yang di buat oleh pengunjung yang berbeda. Aku sedikit kaget dan heran setelah mendengar penjelasan beliau"

"Kata beliau lagi, semua pengunjung yang datang ke tempat ini harus menggali sebuah sumur, tidak peduli mereka melakukan hal yang salah atau tidak, mereka harus tetap menggali sebuah sumur, karena itulah peraturan yang ada di pulau ini."

"Lalu aku langsung bertanya lagi kepada beliau. Apakah mereka yang menggali sumur akan selamat? Lalu beliau menjawab iya. Salah satu di antara mereka pasti akan mendapatkan mimpi yang sama seperti yang aku alami. Dan beliaulah yang selalu datang kedalam mimpi-mimpi mereka termasuk juga dengan mimpiku. Karena itulah pekerjaan beliau

"Akan tetapi hanya sedikit saja diantara mereka yang mau percaya dengan mimpi tersebut, dan mereka lebih memilih untuk tidak menuruti apa yang beliau katakan di dalam mimpi itu".

"Setelah berbicara panjang lebar, aku baru tahu, ternyata mimpi tentang menggali sumur itu dialami oleh semua grup pengunjung yang datang kesini. Akan tetapi sedikit saja diantara mereka yang selamat karena tidak mau menuruti kata beliau." Ani menatap kami dengan ekspresi herannya.

"Terus, untuk apa sumur-sumur?" Aku bertanya separuh penasaran.

"Kata pria itu, sumur-sumur itu di buat untuk para jin hutan. Mereka tidak bisa pergi ke lautan untuk berendam dan menyelam, karena kerajaan mereka bermusuhan dengan kerajaan jin-jin yang berada di lautan. Itulah sebabnya mereka sengaja menjebak beberapa diantara kita agar kita mau membuat sumur untuk menebus teman-teman kita yang sengaja mereka culik" Anik menatap wajah kami lamat-lamat satu persatu.

Aku langsung berseru karena sedikit kaget baru tahu penyebab kejadian yang sebenarnya. Aldi dan beberapa yang lain juga menanggapi dengan ekspresi yang sedikit kaget.

"Di ujung mimpiku itu, pria berbaju putih itu memberitahuku agar menjemput dua orang teman kita di sumur tersebut. Setelah kita sampai di sana, kita harus mengambil dua tangkai bunga yang tumbuh di sumur, dan kemudian melemparkannya ke dalam sumur itu. Kata pria itu, setelah itu kita harus pergi, dan jangan ada satupun yang menoleh ke arah sumur sebelum mendengar bunyi orang berenang disana, setelah itu barulah kita kembali ke sumur itu, dan  dua orang teman  kita akan keluar dari sana dengan selamat" Ani menatap kami dengan serius. Seakan menggambarkan betapa hal yang ia katakan itu sangat penting dan jangan sampai ada yang melanggarnya.

"Dua? Siapakah mereka yang akan selamat tersebut? Mereka kan tiga orang? Lalu bagaimana dengan teman kita yang satu lagi?" Aku melemparkan pertanyaan tersebut kepada Ani karena sedikit kecewa. Kecewa karena setelah mendengar hanya dua orang teman kami yang selamat. Dan aku tidak setuju dengan kata pria berbaju putih itu. Jangan-jangan yang satunya lagi itu akan di jadikan tumbal? Begitu pikirku. Aku sedikit kesal.

Ani terdiam sejenak.

>>BACA KELANJUTAN CERITANYA

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13


>> CERITA LAINNYA

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

ISIM MUFRAD, MUTSANNA, DAN JAMAK

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara