PULAU HANTU PART 13
PART 13
Pagi telah tiba.
Sinar matahari sudah berkilau menerobos jaring jendela tenda. Tidak ada suara yang terdengar. Sepertinya mereka semua masih tertidur pulas karena lelah berjalan dalam jarak yang cukup jauh tadi malam. Ataukah mungkin tadi malam mereka malah begadang sampai pagi? Entahlah, aku tidak tahu.
Aku segera bangun, dan keluar dari tenda untuk membangunkan mereka semua. Karena hari ini kami harus kembali bergerak untuk mencari Abin yang masih belum ditmukan.
Sesampainya aku di luar, aku sempat heran dan kaget.
"Oh my god..." Aku mendesah dalam hati. Ternyata hari sudah siang. Aku salah mengira bahwa hari masih pagi. Saat itu jam sudah pukul 11 siang.
Aku juga heran, karena tidak ada satupun temanku yang berada di sana. Kemanakah mereka pergi? Atau jangan-jangan mereka sudah pulang dan meninggalkan aku sendirian di sini? Begitulah pikirku separuh khawatir.
Aku segera masuk ke dalam tenda Mela dan Raysa. Aku merasa lega karena saat itu mereka berdua masih tertidur nyenyak di dalam tenda tersebut.
Tiba-tiba aku menemukan secarik kertas kecil yang tergeletak di mulut tenda Mela dan Raysa. Aku segera mengambil kertas tersebut dan kemudian membacanya dengan pelan.
"Kami pergi ke hutan untuk menyelamatkan Abin, tadi malam pria itu kembali datang ke dalam mimpiku. Dia juga memberikan petunjuk. Tolong jaga Mela dan Ami di sana" Begitulah isi surat tersebut. Surat itu ditulis oleh Ani.
Setelah membaca surat tersebut aku menjadi sedikit lega.
Dari pada tidak ada kerjaan, aku memutuskan untuk memasak beberapa makanan. Karena aku sudah mulai merasa lapar. Aku memasak nasi dan juga menggoreng beberapa biji telur ayam yang kami bawa dari kota.
Setelah semuanya matang, aku kemudian membangunkan Mela dan Raysa dan mengajak mereka untuk makan siang bersamaku agar kesehatan dan kekuatan mereka bisa pulih kembali. Dan kami semua bisa pulang bersama dalam keadaan yang fit.
Kami makan bersama di dalam tenda. Kondisi mereka sudah mulai membaik kembali jika dibandingkan dengan hari kemarin. Sedikit demi sedikit mereka sudah mulai bisa berbicara.
Mereka juga menceritakan kepadaku dengan singkat tentang kejadian yang menimpa mereka. Kata mereka, di malam itu setelah berpisah dengan kami, tiba-tiba mereka ditangkap oleh manusia besar, dan kemudian manusia besar itu melemparkan mereka ke dalam sumur tersebut.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin aku tanyakan kepada mereka, akan tetapi melihat kondisi mereka yang masih terlihat lemah, maka akupun memutuskan untuk menundanya. Karena mereka masih belum bisa berbicara lancar seperti biasa.
Hari sudah sore. Jam sudah menunjukkan pukul 3 lewat.
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki dari arah dalam hutan. Aku segera keluar dari tenda untuk melihatnya. Dan ternyata pada saat itu mereka semua sudah pulang.
"Ranti, ayo cepat bangunkan Mela dan Raysa, kita akan segera pulang" Aldi berseru sambil berjalan menuju tenda.
Pada saat itu aku melihat mereka memikul sebuah tandu, dan di atas tandu itu ada seorang sosok yang sedang terbaring tidak sadarkan diri. Aku masih belum mau beranjak ke dalam tenda karena masih penasaran.
"Abin harus di bawa secepatnya ke rumah sakit, karena kondisinya masih kritis" Aldi kembali menegurku yang masih diam di luar tenda.
Mendengar hal tersebut, aku langsung membawa kaki pincangku ini ke dalam tenda untuk membangunkan mereka. Dan merekapun sudah bangun kembali.
Aldi dan pak sopir langsung menuju dermaga untuk membawa Abin. Sementara Ani dan beberapa kru kapal sibuk mengemas barang-barang. Melucuti tenda dan kemudian membawanya menuju kapal.
Pada saat itu jam sudah hampir pukul 4 sore. Kami semua sudah berada di kapal bersiap-siap untuk bertolak meninggalkan pulau hantu tersebut.
Mesin sudah menyala, sang sopir langsung tancap gas berlayar membelah lautan lepas. Beliau memacu kapalnya itu dalam kecepatan tinggi. Tidak peduli ombak menghantam.
Syukurlah sekitar pukul 6 petang kami tiba di pantai dekat dermaga dengan selamat. Teman-teman sopir kapal yang berada di dermaga juga turut membantu kami semua membawa barang-barang.
Ternyata kami sudah lama ditunggu oleh mobil yang empat hari lalu mengantarkan kami ke sana. Beliau sudah tidur satu malam di pantai tersebut untuk menunggu kami. Beruntunglah beliau adalah orang yang sabar dan teguh pada janjinya.
Kami segera bertolak untuk menuju rumah sakit terdekat yang menurut informasi pak sopir kapal yang baik hati itu berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari pantai. Beliau bahkan juga ikut mengantar kami ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Abin segera di larikan ke ruangan UGD. Abin sudah kehilangan banyak darahnya. Tubuhnya semakin pucat.
Aku segera menelepon kedua orangtuanya untuk memberitahu hal tersebut. Dan mereka pun sampai di sana sekitar pukul 12 siang.
Namun, pahit untuk dikatakan. Abin sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Abin meninggal dunia pada jam 7 pagi. Atau 5 jam sebelum orangtuanya sampai di sana. Abin terluka parah di bagian dadanya. Dia kehilangan banyak darah.
Itulah kejadian yang menimpa kami pada liburan tahun lalu. Berlibur untuk merayakan hari keberhasilan atas wisuda kami, namun justru perayaan itu malah berakhir dengan tragis.
Mayat Abin dimakamkan di desanya. Banyak sekali orang yang menangis dan terkejut mendengar kejadian tersebut.
Sampai hari ini, satu tahun telah berlalu. Kami tidak akan pernah melupakan kejadian tersebut seumur hidup kami. Selamanya.
~TAMAT~
>>BACA CERITA SEBELUMNYA
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
>> CERITA LAINNYA
Pagi telah tiba.
Sinar matahari sudah berkilau menerobos jaring jendela tenda. Tidak ada suara yang terdengar. Sepertinya mereka semua masih tertidur pulas karena lelah berjalan dalam jarak yang cukup jauh tadi malam. Ataukah mungkin tadi malam mereka malah begadang sampai pagi? Entahlah, aku tidak tahu.
Aku segera bangun, dan keluar dari tenda untuk membangunkan mereka semua. Karena hari ini kami harus kembali bergerak untuk mencari Abin yang masih belum ditmukan.
Sesampainya aku di luar, aku sempat heran dan kaget.
"Oh my god..." Aku mendesah dalam hati. Ternyata hari sudah siang. Aku salah mengira bahwa hari masih pagi. Saat itu jam sudah pukul 11 siang.
Aku juga heran, karena tidak ada satupun temanku yang berada di sana. Kemanakah mereka pergi? Atau jangan-jangan mereka sudah pulang dan meninggalkan aku sendirian di sini? Begitulah pikirku separuh khawatir.
Aku segera masuk ke dalam tenda Mela dan Raysa. Aku merasa lega karena saat itu mereka berdua masih tertidur nyenyak di dalam tenda tersebut.
Tiba-tiba aku menemukan secarik kertas kecil yang tergeletak di mulut tenda Mela dan Raysa. Aku segera mengambil kertas tersebut dan kemudian membacanya dengan pelan.
"Kami pergi ke hutan untuk menyelamatkan Abin, tadi malam pria itu kembali datang ke dalam mimpiku. Dia juga memberikan petunjuk. Tolong jaga Mela dan Ami di sana" Begitulah isi surat tersebut. Surat itu ditulis oleh Ani.
Setelah membaca surat tersebut aku menjadi sedikit lega.
Dari pada tidak ada kerjaan, aku memutuskan untuk memasak beberapa makanan. Karena aku sudah mulai merasa lapar. Aku memasak nasi dan juga menggoreng beberapa biji telur ayam yang kami bawa dari kota.
Setelah semuanya matang, aku kemudian membangunkan Mela dan Raysa dan mengajak mereka untuk makan siang bersamaku agar kesehatan dan kekuatan mereka bisa pulih kembali. Dan kami semua bisa pulang bersama dalam keadaan yang fit.
Kami makan bersama di dalam tenda. Kondisi mereka sudah mulai membaik kembali jika dibandingkan dengan hari kemarin. Sedikit demi sedikit mereka sudah mulai bisa berbicara.
Mereka juga menceritakan kepadaku dengan singkat tentang kejadian yang menimpa mereka. Kata mereka, di malam itu setelah berpisah dengan kami, tiba-tiba mereka ditangkap oleh manusia besar, dan kemudian manusia besar itu melemparkan mereka ke dalam sumur tersebut.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin aku tanyakan kepada mereka, akan tetapi melihat kondisi mereka yang masih terlihat lemah, maka akupun memutuskan untuk menundanya. Karena mereka masih belum bisa berbicara lancar seperti biasa.
Hari sudah sore. Jam sudah menunjukkan pukul 3 lewat.
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki dari arah dalam hutan. Aku segera keluar dari tenda untuk melihatnya. Dan ternyata pada saat itu mereka semua sudah pulang.
"Ranti, ayo cepat bangunkan Mela dan Raysa, kita akan segera pulang" Aldi berseru sambil berjalan menuju tenda.
Pada saat itu aku melihat mereka memikul sebuah tandu, dan di atas tandu itu ada seorang sosok yang sedang terbaring tidak sadarkan diri. Aku masih belum mau beranjak ke dalam tenda karena masih penasaran.
"Abin harus di bawa secepatnya ke rumah sakit, karena kondisinya masih kritis" Aldi kembali menegurku yang masih diam di luar tenda.
Mendengar hal tersebut, aku langsung membawa kaki pincangku ini ke dalam tenda untuk membangunkan mereka. Dan merekapun sudah bangun kembali.
Aldi dan pak sopir langsung menuju dermaga untuk membawa Abin. Sementara Ani dan beberapa kru kapal sibuk mengemas barang-barang. Melucuti tenda dan kemudian membawanya menuju kapal.
Pada saat itu jam sudah hampir pukul 4 sore. Kami semua sudah berada di kapal bersiap-siap untuk bertolak meninggalkan pulau hantu tersebut.
Mesin sudah menyala, sang sopir langsung tancap gas berlayar membelah lautan lepas. Beliau memacu kapalnya itu dalam kecepatan tinggi. Tidak peduli ombak menghantam.
Syukurlah sekitar pukul 6 petang kami tiba di pantai dekat dermaga dengan selamat. Teman-teman sopir kapal yang berada di dermaga juga turut membantu kami semua membawa barang-barang.
Ternyata kami sudah lama ditunggu oleh mobil yang empat hari lalu mengantarkan kami ke sana. Beliau sudah tidur satu malam di pantai tersebut untuk menunggu kami. Beruntunglah beliau adalah orang yang sabar dan teguh pada janjinya.
Kami segera bertolak untuk menuju rumah sakit terdekat yang menurut informasi pak sopir kapal yang baik hati itu berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari pantai. Beliau bahkan juga ikut mengantar kami ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Abin segera di larikan ke ruangan UGD. Abin sudah kehilangan banyak darahnya. Tubuhnya semakin pucat.
Aku segera menelepon kedua orangtuanya untuk memberitahu hal tersebut. Dan mereka pun sampai di sana sekitar pukul 12 siang.
Namun, pahit untuk dikatakan. Abin sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Abin meninggal dunia pada jam 7 pagi. Atau 5 jam sebelum orangtuanya sampai di sana. Abin terluka parah di bagian dadanya. Dia kehilangan banyak darah.
Itulah kejadian yang menimpa kami pada liburan tahun lalu. Berlibur untuk merayakan hari keberhasilan atas wisuda kami, namun justru perayaan itu malah berakhir dengan tragis.
Mayat Abin dimakamkan di desanya. Banyak sekali orang yang menangis dan terkejut mendengar kejadian tersebut.
Sampai hari ini, satu tahun telah berlalu. Kami tidak akan pernah melupakan kejadian tersebut seumur hidup kami. Selamanya.
~TAMAT~
>>BACA CERITA SEBELUMNYA
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
>> CERITA LAINNYA
Comments
Post a Comment