PULAU HANTU PART 6
PART 6
Malam semakin larut.
Aku terbangun sekitar pukul 4 pagi. Saat itu kulihat Ani sudah duduk bersama Aldi di dalam tenda. Mereka sedang asyik mengobrol. Tema nya masih seputar cerita misteri. Tentang nasib teman kami yang hilang, dan mereka juga tak lupa mengaitk-ngaitkannya dengan mimpi buruk Ani.
Aku segera bangun dan ikut bergabung setelah meneguk air putih dari dalam botol.
"Ran, ayo duduk sini" Ani sedikit berseru memanggilku agar segera mendekat. Aku pun segera mendekat untuk menyelidik.
"Aku mimpi buruk lagi" Ani mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Mukanya terlihat begitu serius menatapku. Aku masih diam bersiap-siap untuk mendengarkan kelanjutannya.
"Aku di bawa oleh seorang lelaki yang berjubah putih. Laki-laki itu mengenakkan surban yang panjang. Dia membawaku berjalan ke dalam hutan. Kami melewati berbagai bentuk desa yang penduduknya terlihat menyeramkan. Mereka menggantungkan tulang-tulang binatang di luar halaman rumah mereka. Mereka juga menatap kami dengan penuh amarah dan kebencian".
"Cukup lama berjalan, pria itu kemudian membawaku menuju sebuah istana yang megah. Di dalam istana itu banyak sekali prajurit yang bersenjata lengkap. Mereka nampak kuat dan tangguh dengan pedang-pedang yang berkilauan". Ani menarik nafas untuk melanjutkan cerita.
"Di bawah istana itu ada sebuah ruangan penjara besi yang luas, di dalamnya terdapat banyak sekali tawanan yang berbadan kurus. Di dalam itu juga terdapat banyak sekali darah yang berserakan. Mereka semua nampak menjerit mengulurkan tangan untuk meminta pertolongan."
"Mereka di siksa, di ikat dengan rantai, dan kemudian di pukul serta di tusuk dengan benda-benda tajam. Aku benar-benar takut melihatnya. Aku bahkan sampai menangis dan meminta agar pria itu segera membawaku pergi dari tempat tersebut.
"Setelah itu, kami kembali menuju istana.
Di istana itu kami bertemu lagi dengan seorang lelaki yang mengenakkan pakaian kerajaan. Pakaian itu sungguh indah dan menawan. Aku menebak bahwa benangnya itu adalah benang yang paling terbaik yang pernah kulihat. Itu adalah sutera.
"Belum selesai sampai disitu. Pria itu juga mengenakkan mahkota yang terbuat dari emas dan permata. Barulah aku tahu, ternyata pria itu adalah seorang raja. Akan tetapi ada yang aneh menurutku. Entah kenapa raja itu tampak bersedih sambil mencium dan memeluk sesuatu yang di tutup dengan kain."
Setelah ku dekati, ternyata itu adalah tubuh seorang anak kecil yang sedang terbaring. Yang paling mengherankan lagi ialah, ternyata anak kecil itu tidak bergerak sedikitpun. Wajahnya putih dan pucat."
"Barulah aku sadar kenapa pria itu menangis. Ternyata itu adalah anaknya yang sudah meninggal." Ani menatap wajah kami satu persatu dengan nada haru. Aku masih terdiam penasaran. Sedangkan Aldi tampak tak terlalu kaget mendengarnya. Mungkin Ani sudah menceritakan cerita tersebut kepada Aldi sebelum aku bangun. Begitu dugaanku.
Setelah berhenti beberapa detik, Ani menarik nafasnya, dan kemudian mulai melanjutkan cerita.
"Tak lama kemudian, tiba-tiba pria itu memarahiku. Dia menamparku dengan tangannya. Akan tetapi pria yang berbaju putih segera melerai keadaan. Pria tersebut terus memarahiku dan menatapku dengan tatapan yang penuh kebencian. Lalu kemudian pria yang berbaju putih menenangkan pria tersebut. Syukurlah tak lama kemudian pria itu sudah kembali tenang."
"Pipiku terasa perih sekali. Aku langsung menjerit menahan sakit. Kemudian mereka berdua berbincang-bincang satu sama lain. Aku tidak mengerti dengan bahasa yang mereka ucapkan. Tak lama kemudian, pria yang berbaju putih segera membawaku pergi setelah mengambil sesuatu dari tangan pria yang ku sebut raja tersebut."
"Tiba-tiba kami sudah sampai di sebuah ruangan baru. Itu adalah ruangan penjara yang lain. Akan tetapi penjara tersebut nampak aneh. Karena semua jerujinya tampak kosong tanpa tawanan. Kami terus berjalan melewati lorong. Hingga sampailah kami pada sebuah ruangan."
"Aku mendengar ada suara jeritan. Suara itu merintih-rintih menahan sakit. Kami terus berjalan di ruangan tersebut. Dan bertemulah kami dengan sebuah ruangan kecil yang di jaga oleh sekitar 6 prajurit yang bersenjata lengkap."
"Lalu pria berbaju putih mengeluarkan benda kecil dari bajunya, dan kemudian memperlihatkannya kepada para prajurit tersebut. Tiba-tiba saja para prajurit itu memberikan kami jalan dan juga membukakan pintu jeruji. Sementara pada saat itu aku masih belum tahu apa yang ada di balik sana" Ani berhenti sejenak untuk menarik nafas.
Aku masih terdiam seperti anak kecil yang penasaran dengan cerita dongeng sebelum tidur.
"Setelah pintu itu di buka, aku melihat ada seorang lelaki yang tergeletak di tanah. Laki-laki itu mendesah dan menggigil kesakitan.
"OHH TUHAANNN...!
"ABIINN...!" Aku berteriak histeria setelah melihat wajah pria tersebut. Ternyata dia adalah Abin temanku yang hilang. Kondisinya lemah. Dia tak berdaya lagi membuka mulut untuk berkata-kata."
"Bibirnya mengering, kerongkongan nya naik turun seperti orang yang sedang haus. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah. Tangan dan kakinya di ikat dengan rantai yang besar."
"Aku menangis sejadi-jadinya. Aku bahkan sampai berusaha untuk membuka rantai tersebut, namun aku tidak bisa membukanya. Aku bahkan juga meminta tolong agar pria berbaju putih itu menolongnya. Namun pria itu diam tidak menjawab. Dia hanya menatap wajah Abin dengan tatapan kosong. "
"Aku masih menangis histeris sambil berusaha untuk melepaskan rantai tersebut. Namun aku benar-benar tidak bisa melakukannya. "
"Tak lama setelah itu, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja kami sudah berada di tempat yang lain. Mimpiku ini aneh sekali. Aku seakan terlempar begitu saja dari suatu tempat ke tempat yang lain." Ani memasang wajah bingungnya.
Aku yang mendengarnya juga tak kalah bingung, alis mataku ini bahkan sampai naik dan berkerut. Ani kembali bercerita.
"Pria yang berbaju putih itu membawaku berjalan menuju sebuah ruangan lain. Ruangan itu terlihat seperti istana. Di dalamnya terdapat banyak ruangan. Kami masuk ke salah satu ruangan yang berada di samping kanan. Kami. Di dalam ruangan tersebut banyak lagi ruangan yang lain. Lalu kami masuk tepat ke ruangan yang berada paling ujung. Di dalam ruangan itulah aku bertemu dengan Mela dan Raysa."
"Aku melihat mereka terkurung dalam ruangan penjara. Kedua tangan mereka di ikat dengan rantai."
"Bukan main kagetnya aku pada saat itu. Jantungku terasa seakan hampir meledak. Mereka berdua menangis meminta tolong kepadaku. Aku berlari mengulurkan tanganku ke dalam penjara tersebut, namun aku tidak bisa menyentuh mereka. Karena posisi mereka cukup jauh di dalam."
"Aku benar-benar panik. Aku bahkan sampai beberapa kali memukul dan menabrak pintu itu dengan tubuhku, namun aku juga gagal."
"Aku memohon agar pria yang berjubah putih itu bersedia untuk membantuku. Namun lagi-lagi ternyata kali ini dia juga diam tanpa tanggapan."
"Setelah itu, pria yang berjubah putih itu membawaku pergi dari tempat tersebut. Aku sempat memberontak untuk menolak, akan tetapi entah bagaimana caranya tiba-tiba kami sudah berada di istana tempat pertamakali aku bertemu dengan raja." Ani bertutur dengan ekspresi bingung.
"Saat itulah raja tersebut memberikanku sesuatu. Setelah ku pegang, ternyata itu adalah setangkai bunga mawar."
"Pada saat itu, sebenarnya aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Akan tetapi pria yang berjubah putih itu kembali membawaku pergi. Aku sempat merasa kesal padanya. Namun kini, kami sudah berada di hutan tempat pertamakali aku bertemu dengannya."
"Pria itu mengambil bunga mawar itu, dan kemudian menancapkan nya di tanah. Setelah itu barulah untuk yang pertama kalinya dia berbicara denganku."
"Jika kau ingin menyelamatkan teman-temanmu, maka kau harus datang ke tempat ini. Ambillah setangkai bunga mawar ini, dan kemudian datanglah ke tempat pertama kali temanmu membuang kotorannya. Gali tanahnya tersebut hingga menjadi sebuah sumur, setelah itu jangan lupa kau tanam bunga mawar ini di tepi sumur itu. Kau juga harus meletakkan bunga mawar ini di dalam air sumur tersebut."
"Karena temanmu telah membuang hajat di tempat yang salah. Dia telah mengotori air sumur itu yang mereka anggap suci. Bahkan anak sang raja juga telah meninggal karena sakit tercemar oleh air tersebut yang sudah kotor" Pria itu langsung menghilang.
Ani mengakhiri ceritanya.
Aku bahkan masih terdiam, tak mampu berkata-kata setelah terperangah setelah mendengar cerita mimpinya yang misterius.
>>BACA KELANJUTAN CERITANYA
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
>> CERITA LAINNYA
Malam semakin larut.
Aku terbangun sekitar pukul 4 pagi. Saat itu kulihat Ani sudah duduk bersama Aldi di dalam tenda. Mereka sedang asyik mengobrol. Tema nya masih seputar cerita misteri. Tentang nasib teman kami yang hilang, dan mereka juga tak lupa mengaitk-ngaitkannya dengan mimpi buruk Ani.
Aku segera bangun dan ikut bergabung setelah meneguk air putih dari dalam botol.
"Ran, ayo duduk sini" Ani sedikit berseru memanggilku agar segera mendekat. Aku pun segera mendekat untuk menyelidik.
"Aku mimpi buruk lagi" Ani mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Mukanya terlihat begitu serius menatapku. Aku masih diam bersiap-siap untuk mendengarkan kelanjutannya.
"Aku di bawa oleh seorang lelaki yang berjubah putih. Laki-laki itu mengenakkan surban yang panjang. Dia membawaku berjalan ke dalam hutan. Kami melewati berbagai bentuk desa yang penduduknya terlihat menyeramkan. Mereka menggantungkan tulang-tulang binatang di luar halaman rumah mereka. Mereka juga menatap kami dengan penuh amarah dan kebencian".
"Cukup lama berjalan, pria itu kemudian membawaku menuju sebuah istana yang megah. Di dalam istana itu banyak sekali prajurit yang bersenjata lengkap. Mereka nampak kuat dan tangguh dengan pedang-pedang yang berkilauan". Ani menarik nafas untuk melanjutkan cerita.
"Di bawah istana itu ada sebuah ruangan penjara besi yang luas, di dalamnya terdapat banyak sekali tawanan yang berbadan kurus. Di dalam itu juga terdapat banyak sekali darah yang berserakan. Mereka semua nampak menjerit mengulurkan tangan untuk meminta pertolongan."
"Mereka di siksa, di ikat dengan rantai, dan kemudian di pukul serta di tusuk dengan benda-benda tajam. Aku benar-benar takut melihatnya. Aku bahkan sampai menangis dan meminta agar pria itu segera membawaku pergi dari tempat tersebut.
"Setelah itu, kami kembali menuju istana.
Di istana itu kami bertemu lagi dengan seorang lelaki yang mengenakkan pakaian kerajaan. Pakaian itu sungguh indah dan menawan. Aku menebak bahwa benangnya itu adalah benang yang paling terbaik yang pernah kulihat. Itu adalah sutera.
"Belum selesai sampai disitu. Pria itu juga mengenakkan mahkota yang terbuat dari emas dan permata. Barulah aku tahu, ternyata pria itu adalah seorang raja. Akan tetapi ada yang aneh menurutku. Entah kenapa raja itu tampak bersedih sambil mencium dan memeluk sesuatu yang di tutup dengan kain."
Setelah ku dekati, ternyata itu adalah tubuh seorang anak kecil yang sedang terbaring. Yang paling mengherankan lagi ialah, ternyata anak kecil itu tidak bergerak sedikitpun. Wajahnya putih dan pucat."
"Barulah aku sadar kenapa pria itu menangis. Ternyata itu adalah anaknya yang sudah meninggal." Ani menatap wajah kami satu persatu dengan nada haru. Aku masih terdiam penasaran. Sedangkan Aldi tampak tak terlalu kaget mendengarnya. Mungkin Ani sudah menceritakan cerita tersebut kepada Aldi sebelum aku bangun. Begitu dugaanku.
Setelah berhenti beberapa detik, Ani menarik nafasnya, dan kemudian mulai melanjutkan cerita.
"Tak lama kemudian, tiba-tiba pria itu memarahiku. Dia menamparku dengan tangannya. Akan tetapi pria yang berbaju putih segera melerai keadaan. Pria tersebut terus memarahiku dan menatapku dengan tatapan yang penuh kebencian. Lalu kemudian pria yang berbaju putih menenangkan pria tersebut. Syukurlah tak lama kemudian pria itu sudah kembali tenang."
"Pipiku terasa perih sekali. Aku langsung menjerit menahan sakit. Kemudian mereka berdua berbincang-bincang satu sama lain. Aku tidak mengerti dengan bahasa yang mereka ucapkan. Tak lama kemudian, pria yang berbaju putih segera membawaku pergi setelah mengambil sesuatu dari tangan pria yang ku sebut raja tersebut."
"Tiba-tiba kami sudah sampai di sebuah ruangan baru. Itu adalah ruangan penjara yang lain. Akan tetapi penjara tersebut nampak aneh. Karena semua jerujinya tampak kosong tanpa tawanan. Kami terus berjalan melewati lorong. Hingga sampailah kami pada sebuah ruangan."
"Aku mendengar ada suara jeritan. Suara itu merintih-rintih menahan sakit. Kami terus berjalan di ruangan tersebut. Dan bertemulah kami dengan sebuah ruangan kecil yang di jaga oleh sekitar 6 prajurit yang bersenjata lengkap."
"Lalu pria berbaju putih mengeluarkan benda kecil dari bajunya, dan kemudian memperlihatkannya kepada para prajurit tersebut. Tiba-tiba saja para prajurit itu memberikan kami jalan dan juga membukakan pintu jeruji. Sementara pada saat itu aku masih belum tahu apa yang ada di balik sana" Ani berhenti sejenak untuk menarik nafas.
Aku masih terdiam seperti anak kecil yang penasaran dengan cerita dongeng sebelum tidur.
"Setelah pintu itu di buka, aku melihat ada seorang lelaki yang tergeletak di tanah. Laki-laki itu mendesah dan menggigil kesakitan.
"OHH TUHAANNN...!
"ABIINN...!" Aku berteriak histeria setelah melihat wajah pria tersebut. Ternyata dia adalah Abin temanku yang hilang. Kondisinya lemah. Dia tak berdaya lagi membuka mulut untuk berkata-kata."
"Bibirnya mengering, kerongkongan nya naik turun seperti orang yang sedang haus. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah. Tangan dan kakinya di ikat dengan rantai yang besar."
"Aku menangis sejadi-jadinya. Aku bahkan sampai berusaha untuk membuka rantai tersebut, namun aku tidak bisa membukanya. Aku bahkan juga meminta tolong agar pria berbaju putih itu menolongnya. Namun pria itu diam tidak menjawab. Dia hanya menatap wajah Abin dengan tatapan kosong. "
"Aku masih menangis histeris sambil berusaha untuk melepaskan rantai tersebut. Namun aku benar-benar tidak bisa melakukannya. "
"Tak lama setelah itu, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja kami sudah berada di tempat yang lain. Mimpiku ini aneh sekali. Aku seakan terlempar begitu saja dari suatu tempat ke tempat yang lain." Ani memasang wajah bingungnya.
Aku yang mendengarnya juga tak kalah bingung, alis mataku ini bahkan sampai naik dan berkerut. Ani kembali bercerita.
"Pria yang berbaju putih itu membawaku berjalan menuju sebuah ruangan lain. Ruangan itu terlihat seperti istana. Di dalamnya terdapat banyak ruangan. Kami masuk ke salah satu ruangan yang berada di samping kanan. Kami. Di dalam ruangan tersebut banyak lagi ruangan yang lain. Lalu kami masuk tepat ke ruangan yang berada paling ujung. Di dalam ruangan itulah aku bertemu dengan Mela dan Raysa."
"Aku melihat mereka terkurung dalam ruangan penjara. Kedua tangan mereka di ikat dengan rantai."
"Bukan main kagetnya aku pada saat itu. Jantungku terasa seakan hampir meledak. Mereka berdua menangis meminta tolong kepadaku. Aku berlari mengulurkan tanganku ke dalam penjara tersebut, namun aku tidak bisa menyentuh mereka. Karena posisi mereka cukup jauh di dalam."
"Aku benar-benar panik. Aku bahkan sampai beberapa kali memukul dan menabrak pintu itu dengan tubuhku, namun aku juga gagal."
"Aku memohon agar pria yang berjubah putih itu bersedia untuk membantuku. Namun lagi-lagi ternyata kali ini dia juga diam tanpa tanggapan."
"Setelah itu, pria yang berjubah putih itu membawaku pergi dari tempat tersebut. Aku sempat memberontak untuk menolak, akan tetapi entah bagaimana caranya tiba-tiba kami sudah berada di istana tempat pertamakali aku bertemu dengan raja." Ani bertutur dengan ekspresi bingung.
"Saat itulah raja tersebut memberikanku sesuatu. Setelah ku pegang, ternyata itu adalah setangkai bunga mawar."
"Pada saat itu, sebenarnya aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Akan tetapi pria yang berjubah putih itu kembali membawaku pergi. Aku sempat merasa kesal padanya. Namun kini, kami sudah berada di hutan tempat pertamakali aku bertemu dengannya."
"Pria itu mengambil bunga mawar itu, dan kemudian menancapkan nya di tanah. Setelah itu barulah untuk yang pertama kalinya dia berbicara denganku."
"Jika kau ingin menyelamatkan teman-temanmu, maka kau harus datang ke tempat ini. Ambillah setangkai bunga mawar ini, dan kemudian datanglah ke tempat pertama kali temanmu membuang kotorannya. Gali tanahnya tersebut hingga menjadi sebuah sumur, setelah itu jangan lupa kau tanam bunga mawar ini di tepi sumur itu. Kau juga harus meletakkan bunga mawar ini di dalam air sumur tersebut."
"Karena temanmu telah membuang hajat di tempat yang salah. Dia telah mengotori air sumur itu yang mereka anggap suci. Bahkan anak sang raja juga telah meninggal karena sakit tercemar oleh air tersebut yang sudah kotor" Pria itu langsung menghilang.
Ani mengakhiri ceritanya.
Aku bahkan masih terdiam, tak mampu berkata-kata setelah terperangah setelah mendengar cerita mimpinya yang misterius.
>>BACA KELANJUTAN CERITANYA
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
>> CERITA LAINNYA
Great
ReplyDelete