PULAU HANTU PART 12

PART 12



"ALDIII.. TOLONG AKU...!" Aku berteriak memanggil Aldi yang sepertinya sudah berada di mulut sumur. Dia segera menoleh ke arahku. Dan kemudian berlari menemuiku di belakang.

"Ayo cepat! Tolong bantu angkat mereka ke atas! Ani berseru panik ke arah pak sopir dan kedua kru kapalnya. Sontak mereka segera bergerak.

"Berapa..? Siapaa itu..?" Aku bertanya dengan nada panik kepada Aldi yang sedang membantuku berdiri.

"Mela dan Raysa..." Kata Aldi
"Ayo cepat.. bawa aku ke sana!" Aku memotong Aldi dengan nada yang separuh memekik. Aku tidak sabar.

"Iyaaa... Iyaaa..." Aldi terburu-buru menjawabnya dan kemudian membawaku berlari ke sumur tersebut. Dan akhirnya akupun berhasil sampai di sana.

Namun Ani malah menangis histeris. Saat itu juga perasaanku ini langsung bercampur baur antara senang dan khawatir.
"Yaaa ampuuunnn...
"MELAAA... RAYSAAA.....
Nada suaraku putus-putus.
"Apa yang terjadi pada kalian..."
Aku menangis hiateris memeluk tubuh mereka berdua yang sudah pucat dan tidak sadarkan diri.

Aldi dan pak sopir masih sibuk memompa dada mereka. Aku segera menyingkir sambil berharap agar mereka berdua bisa diselamatkan.

Pada saat itu tidak ada yang bisa aku dan Ani lakukan selain daripada menangis dan berdoa agar mereka berdua segera bangun kembali.

Dua kru kapal bahkan juga ikut turun tangan membantu untuk memberikan pertolongan pertama.

Saat itu entah kenapa aku mendadak teringat dengan semua kenangan yang telah kami lalui bersama. Senyum dan canda mereka terngiang dalam tangisku. Aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan kukatakan kepada orang tua mereka jika mereka tidak bisa di selamatkan. Aku dan Ani hanya bisa menangis saling berpelukan.

"Nadi mereka masih berdetak!" Salah satu kru kapal itu mendadak berteriak setelah memeriksa nadi Mela.

Mendengar hal tersebut kami berdua langsung beralih saat itu juga pada tubuh Mela.

"Yang ini masih hidup, jantungnya masih berdetak..." Seorang kru kapal yang di sebelah juga berseru setelah memeriksa Raysa.

Setelah mendengar hal tersebut, pak sopir dan Aldi segera melanjutkan pekerjaan mereka setelah jeda selama beberapa saat. Kali ini mereka terlihat bersemangat sekali. Sementara aku dan Ani masih diam menatap pemandangan itu dengan penuh rasa harap.

Sakin tegangnya suasana di saat itu, aku bahkan sudah tidak menghiraukan lagi kakiku yang mungkin sudah patah atau terluka, entahlah, aku tidak peduli. Perhatianku hanya tertuju kepada tubuh mereka berdua.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba air mendadak keluar dari mulut Mela. Semakin banyak. Dia mulai terbangun dengan batuk pelannya. Aku langsung mengangkat kepalanya ke atas dan mendudukkannya.

Mela masih terbatuk-batuk mengeluarkan air dari mulutnya. Beberapa detik kemudian Raysa juga mulai terbatuk-batuk pelan mengeluarkan air yang banyak dari dalam perut dan dadanya.

Bukan main senangnya hatiku melihat hal tersebut. Aku dan Ani langsung memeluk mereka. Aku tidak bisa menggambarkan lagi betapa bahagianya hatiku pada saat itu. Aku bahkan sampai menangis terharu.

Pak sopir, Aldi dan dua orang kru kapal yang lain pada waktu itu hanya berdiri menatap kami yang saling berpelukan dengan senyuman lega dan bahagia. Mereka juga tampak saling berpelukan seakan tidak peduli dengan kejadian yang terjadi waktu masih berada di pantai. Mereka bahkan terlihat lebih akrab.

Mela dan Raysa kini sudah sadar kembali. Mereka hanya bisa menangis terharu setelah melewati kejadian sulit yang bahkan belum pernah terbayangkan di dalam benak kami semua. Kami saling berpelukan.

Kondisi tubuh mereka masih sangat lemah. Mereka bahkan masih belum bisa berbicara. Mereka sudah kehilangan banyak tenaga, di tambah lagi dengan rasa lapar karena tidak makan selama beberapa hari. Untunglah saat itu aku tidak lupa membawa logistik. Ada beberapa potong roti di dalam tas di punggungku. Mela dan Raysa segera menelan roti tersebut dengan lahap. Hingga habis.

Jam sudah hampir pukul 6 sore. Senja sudah lama membentang di langit barat. Hari akan segera berganti malam. Kami semua segera bergegas menuju pantai untuk membawa Mela dan Raysa untuk beristirahat.

Untuk kembali menuju pantai, kami juga harus kembali menempuh jalan mendaki. Saat itu aku bahkan sampai beberapa kali terjatuh karena kondisi kakiku ini sudah tidak begitu baik lagi.

Hari mulai gelap. Jalanan sudah mulai tak terlihat lagi. Akan tetapi beruntunglah aku sempat memasukkan dua senter ke dalam tas sandangku. Dengan dua senter itulah kami berjalan pulang melewati hutan.

Sebenarnya sulit sekali rasanya untuk berdiri dan apalagi berjalan, akan tetapi beruntunglah Ani membantuku berjalan hingga kami pun sampai di pantai dengan selamat.

Kami tiba di pantai hampir sekitar pukul 8 malam.

Setibanya di tenda, kami langsung memberikan beberapa makanan yang ada kepada mereka. Karena mereka sudah begitu lapar sekali. Setelah itu barulah kami membaringkan mereka berdua di dalam tenda untuk beristirahat.

Kaki kiriku masih terasa sakit. Kini aku sudah sedikit lega karena dua orang temanku itu sudah tertidur pulas di dalam tenda. Aku memutuskan untuk melihat kondisi kakiku yang sampai pada detik itu belum aku lihat.

Aku terkejut setelah menaikkan kaki celanaku. Ternyata kakiku itu sudah bengkak dan sedikit membiru.

"Sini aku lihat" Tiba-tiba Aldi mendekatiku dari belakang untuk memeriksa kakiku tersebut.

"Waaaw, sepertinya kakimu ini harus cepat-cepat di urut, karena tulangnya sudah tergeser" Aldi sedikit mengerutkan dahi setelah melihat kondisi kakiku.

Lalu diapun membantuku untuk mengurut kakiku tersebut untuk mengembalikan posisi tulangnya yang sudah bergeser. Aku baru tahu, ternyata Aldi bisa mengurut kaki orang patah dan tergeser tulangnya seperti yang aku alami. Kata Aldi, dia belajar dari kakeknya di desa, beliau adalah seorang kiyai yang sering mengobati orang sakit.

Bukan main sakitnya kakiku pada saat itu, aku bahkan sampai berteriak sambil menutup mulutku. Itulah kali pertamanya kakiku di urut. Rasanya jangan ditanyakan lagi. Benar-benar sakit sekali.

Namun untunglah itu tidak berlangsung lama. Sekitar lima menit kemudian, Aldi sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dan kemudian dia mengikat kakiku itu dengan kain setelah mengoleskan balsem.

Kini aku sudah mulai merasa sedikit membaik. Karena Aldi sudah mengehentikan pijatan di kakiku. Kalau saja aku tahu begitu sakitnya, pasti aku gak bakalan mau mempersilahkan dia memijatnya. Akan tetapi aku juga merasa beruntung, karena sekarang kondisi kakiku ini sudah mulai membaik.

Pada saat itu malam sudah semakin larut. Hawa dingin mulai membekuk tubuhku. Ani sudah tertidur di dalam tenda bersama Mela dan Raysa. Aldi masih ngobrol bersama sopir kapal dan dua orang temannya di depan api yang menyala di halaman tenda.

Kini, pekerjaan kami sudah mulai berkurang. Kami hanya tinggal mencari Abin. Dan semoga saja pria itu kembali lagi ke dalam mimpi Ani di malam ini. Dan semoga saja Abin akan segera di temukan dipagi besok.

Malam kian larut. Aku memutuskan untuk tidur.


>>BACA KELANJUTAN CERITANYA

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13


>> CERITA LAINNYA

Comments

Popular posts from this blog

ISIM MUFRAD, MUTSANNA, DAN JAMAK

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara