BUS PENYELAMAT PART 7
Hampir saja ia terjatuh ke lantai. Jantungnya berdegup seakan ingin meledak. Suara itu? Bukankah dia adalah sopir bus yang menyeramkan itu? Bagaimana mungkin dia bisa selamat dari sergapan para polisi yang bersenjata lengkap? Sindi menekan bdadanya dengan raut muka cemas. Rasa takut mulai menyerang. Seakan masih tak percaya dengan kejadian yang baru terjadi, ia pun segera berlari untuk mengunci pintu rumah kontrakan nya. Lalu berdiri sambil membelakanginya dengan wajah yang pucat. Keringat dingin mengucur di pelipis matanya. Ia masih ingat betul bagaimana ngerinya pria gila itu saat memburunya di ladang karet satu bulan yang lalu. Ia berlari membawa pedang yang tajam menyusuri rerumputan di kebun karet. Andai kata saat itu jika dia berhasil menemukan Meri dan Sindi yang mengumpat, pasti ia akan memenggal kepala mereka tanpa belas kasih. Pria itu benar-benar adalah manusia yang kejam dan tidak punya hati nurani. Tiba-tiba teleponnya kembali berdering di kamar. "Krriiing... Krii