Merindukan Rasa Rindu - Part 2 - Pettemuan

 Pertemuan - Part 2

Hari itu adalah 10 Maret, sebuah hari yang cerah, secerah langkah hidupku yang semakin berwarna. Kami telah berjanji untuk saling bertemu, aku akan menjemputnya di kampus. Saat itu, sebenarnya ada rasa malu dan cemas yang mengganjal di dalam hatiku. Aku malu karena sudah begitu lama tidak pernah lagi bertemu dan apalagi sampai memboncengi seorang wanita, dan aku cemas karena takut setelah dia bertemu denganku nanti dia akan beralih pikiran dan tidak mau lagi bersamaku dengan tampanku yang begitu jelek ini. Setelah berpikir-pikir, aku pun memutuskan untuk tetap menemuinya.


Saat itu motorku sedang rusak, aku pun meminjam motor kakakku. Sebelum aku berangkat, kakakku berpesan agar aku tidak berlama-lama, karena dia ingin pergi ke suatu tempat dengan motornya tersebut. Aku pun menganggukkan kepala kepadanya. Berjanji untuk cepat pulang.

Sebelum berangkat, aku terlebih dahulu mendandankan diri dengan rapi. Aku menghabiskan waktu cukup lama untuk merapikan semuanya. Ketika semuanya terasa pas di depan cermin kecilku itu, aku pun segera meluncur ke lokasi.

Sekitar setengah jam kemudian, aku pun tiba di lokasi. Aku pun segera memberitahunya lewat ponselku. Tidak lama kemudian, muncullah seorang wanita yang berbaju gamis putih dengan motif-motif bunga yang berwarna navy. Dia mengenakkan masker. Dia berjalan ke arahku. Semakin dekat. Entah mengapa tiba-tiba saja jantungku berdebar seakan-akan ingin meledak. Belum sempat aku menatap matanya dengan jelas, tanpa banyak bicara wanita itu langsung naik ke ke atas motor, dan kami pun mulai berjalan.

Awalnya aku tidak punya nyali untuk menyapanya. Namun aku terus berusaha memberanikan diri untuk mulai membuka pembicaraan. Dari spion motor kakakku itu, dia tampak masih mengenakkan masker di belakangku. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, namun aku segera berpindah untuk menatap bola matanya yang bulat dan indah. Saat itulah aku merasa jantungku ini berdebar dengan begitu hebat. Ya Tuhan, ternyata matanya sungguh begitu indah. 

Kami berbincang-bincang di sepanjang perjalanan. Saat itu, destinasi tujuan kami adalah Depati kopi. Depati kopi adalah salah satu objek wisata yang terkenal di daerahku. Keberadaannya yang jauh di atas bukit, sehingga membuat pemandangannya menjadi begitu indah. Setelah cukup lama berkendara di jalan, akhirnya kami pun tiba di lokasi.

Kami duduk di sebuah gazebo kecil yang indah menghadap ke arah timur. Pemandangan di bawah sana sungguh luar biasa. Tampak hamparan sawah  yang hijau membentang, bukit demi bukit berbaris- baris, rumah penduduk dan kota Sungai Penuh, semuanya terlihat dengan begitu jelas. Aku benar-benar bahagia. Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah sebahagia ini. Aku bersyukur di dalam hati.

Tidak sampai di situ, saat Resti melepaskan maskernya, rasa takjubku semakin memuncak. "Ya Tuhan" sorakku di dalam hati. Dia sungguh begitu cantik. Wajahnya yang bulat, bibirnya yang ranum, dan bola matanya yang besar dan teduh, membuat hatiku menjadi luruh. Tak bisa dipungkiri, aku benar-benar sedang jatuh cinta.

Di tempat itu, kami berdua tiada henti-hentinya tersenyum dan juga tertawa. Rasanya aku tidak mau pulang meski telah berjanji pada kakakku agar cepat pulang, aku ingin berada di tempat itu lebih lama bersama dan berdua dengannya. 

Saat aku mengeluarkan rokok, dan kemudian menyalakannya, Resti hanya terdiam melihatku. Namun tak lama kemudian, tiba-tiba saja wajahnya berubah menjadi berkabut. Aku pun mulai cemas. Dia mulai mengajakku untuk pulang. Namun aku menolak dan berusaha untuk membujuknya. Ternyata dia tidak suka melihatku merokok. Aku pun segera mematikan rokokku. Dan benar, wajah cantiknya itu kembali memancar. 

Sudah berjam-jam berlalu tanpa terasa. Kami berdua pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, aku memberikan puluhan earphone kepadanya. Aku menawarinya untuk menjual earphone-earphone tersebut. Dia pun tidak menolaknya dan segera mengambil barang-barang tersebut. Sebenarnya, barang-barang yang kuberikan itu hanyalah sebuah modus yang sengaja aku buat dengan tujuan agar dia tidak bisa lepas dan menjauh dariku. Aku ingin hubungan di antara kami berdua akan terus berlanjut, hingga kami berdua tinggal di sebuah atap yang sama. 

Seakan-akan tidak mau menyia-nyiakan momen-momen detik terakhir itu begitu saja, kami berdua pun mengabadikan momen tersebut dengan berfoto menggunakan kamera ponselku. Di dalam perjalanan pulang, aku memberanikan diri untuk memegang tangannya. Dan sungguh begitu gila, aku kemudian mencium tangannya itu dengan penuh cinta. Tak disangka, ternyata Resti tidak marah kepadaku. Dia justru merasa senang. Karena itu adalah pertama kalinya tangannya itu dikecup oleh seorang pria. Aku benar-benar gila. Namun sebenarnya aku juga benar-benar cinta kepadanya.

Di tengah-tengah perjalanan pulang, tiba-tiba turunlah hujan. Aku mengajaknya untuk mencari tempat berteduh. Dia kemudian mengajakku untuk mencari warung bakso, aku pun menyetujuinya. Kami berdua pun segera masuk dan kemudian memesan dua mangkok daging bakso tanpa mie. 

Di luar sana hujan lebat telah turun. Orang-orang tampak menepikan motornya untuk berteduh. Aku segera memakan bakso hangat itu dengan begitu lahap dan juga cepat. Dia bahkan sampai memelototiku dengan ekspresi yang sedikit heran. Aku pun tersenyum segera menyadari hal tersebut. Kini hujan di luar sana sudah reda, aku pun segera mengantarnya pulang ke rumah temannya. 

Saat itu, entah mengapa tiba-tiba saja aku mulai merasa keberatan. Aku keberatan untuk berpisah dengannya. Rasanya waktu berlalu dengan begitu cepat. Aku masih ingin bersamanya. Akan tetapi bagaimana lagi, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Setelah mengantarnya, aku pun segera pulang ke rumah.

Comments

Popular posts from this blog

ISIM MUFRAD, MUTSANNA, DAN JAMAK

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara