Menggusur Tempat Keramat
Sebatang pohon kemiri yang rindang tumbuh tinggi menjulang ke langit, daunnya rimbun, akarnya jauh menjalar ke dalam tanah. Membuatnya menjadi kokoh, gagah, dan juga berhantu. Di bawah tempat itu terdapat sebuah batu besar, yang dikelilingi oleh puluhan batu kecil lainnya. Seakan-akan batu-batu kecil itu berjajar rapi menjadi benteng dan pelindung bagi batu besar yang berada di tengah-tengahnya.
Di samping batu besar itu, terdapat sesajen yang beraneka ragam. Terlihat pula ada darah ayam hitam, lemang, rokok, dan juga buah-buahan. Di atas pucuk batu besar itu, warnanya sudah tampak menghitam kemerahan. Itu adalah bekas-bekas dari sisa tetesan darah segar yang telah lama mengering. Tempat itu menjadi tempat yang paling angker, keramat, dan juga sakti. Tempat itu adalah tempat persugihan yang digunakan oleh orang-orang jahil untuk meminta keberuntungan.
Tidak ada yang berani dan bisa merobohkan batu tersebut. Konon, katanya setiap kali ada orang yang salah niat dan ingin menghancurkan tempat itu, maka orang tersebut pasti akan mati mengenaskan dibunuh oleh makhluk besar, berbulu, kuat dan juga menyeramkan. Begitulah cerita dari masyarakat setempat.
Malam itu, sepertinya kesabaran sang Kakek berjenggot ini sudah tidak lagi terbendung. Dia muak melihat kebodohan yang semakin merebak menyebar dan marak dilakukan oleh masyarakat di desa sebelah. Berangkatlah sang Kakek tua itu dari rumahnya, lalu memanggil seorang mantan preman yang telah kembali pada jalannya. Sebaya dengannya. Meskipun usianya telah senja, namun tubuh sang mantan Preman itu masih gempal, kuat, dan juga berotot. Sebut saja namanya adalah Ugol.
Kembali pada cerita.
Dulu, Ugol ini hidup dalam dunia yang begitu kelam. Dia adalah tukang tipu, tukang rampok, dan juga pernah menjadi tukang pukul. Setiap kali polisi mengepungnya, Ugol selalu berhasil lolos dengan cara-cara yang sangat misterius. Ketika ia masih muda, sang mantan preman ini punya ilmu hitam. Ilmu hitam itu membuatnya menjadi kebal dan juga begitu kuat. Ia bahkan pernah mencabut sebatang bambu yang tegak berdiri hingga ke akar-akarnya dengan kedua tangannya yang begitu kuat tersebut. Dulu, dia benar-benar adalah seorang legenda yang ditakuti oleh banyak orang.
Sampailah pada suatu hari, waktu itu Ugol pergi mendatangi rumah Kakek alim yang berjenggot itu, dengan tujuan untuk membuktikan ilmunya. Setibanya di rumah Kakek alim itu, Ugol pun segera berteriak memanggil Kakek itu agar keluar dari rumahnya.
Tak lama kemudian, keluarlah kakek tersebut dari rumahnya.
"Apa yang kau ingin kan, Ugol?" Tanya sang Kakek.
Ugol langsung membuka bajunya, dan kemudian menggesek sekujur tubuhnya itu dengan pedang yang tajam. Tak tanggung-tanggung, Ugol juga menyayat lehernya itu dengan silet. Akan tetapi, tidak ada segores luka pun yang timbul di sekujur tubuhnya. Sepertinya benar, Ugol punya ilmu yang tinggi.
Akan tetapi hal demikian tidak membuat sang Kakek berjenggot itu menjadi gentar.
"Baiklah, sini, biar aku yang menyayatnya" kata Kakek tersebut kepada Ugol.
Dengan penuh percaya diri, Ugol pun kemudian segera memberikan silet dan pedangnya itu pada sang Kakek.
Kakek tersebut pun mulai membaca doanya. Setelah itu, mulailah beliau menyayat tubuh Ugol dengan benda tajam tersebut.
Dalam sekali gores, Ugol langsung menjerit. Seketika itu juga darah merah pun ikut mengalir. Aneh, tiba-tiba saja ilmu kebal si Ugol itu malah tak berguna. Ugol terus menjerit menahan sakit atas luka yang ada di tangannya itu. Ternyata Kakek alim tersebut mampu membuat ilmu kebal Ughol menjadi tawar. Ugol terluka parah. Tangannya dijahit dengan 15 tali jahitan.
Sejak hari itu, Ugol pun insyaf. Dia mulai belajar ilmu agama kepada Kakek tersebut. Dan kemudian menjadi muridnya.
*****
Berangkatlah sang Kakek Alim itu bersama Ugol dengan membawa perlengkapan yang lengkap. Tak lama menempuh jalan, sampailah mereka berdua di tempat itu.
Tempat keramat itu berada di atas sebuah bukit kecil yang tidak begitu tinggi. Di kaki bukit tersebut, terdapat anak tangga yang terbuat dari tanah, yang disusun bertingkat-tingkat menuju puncak bukit. Perlahan-lahan, mereka mulai mendakinya dengan cahaya senter yang menyala terang. Melewati belukar-belukar tebal yang tumbuh di sepanjang tepi jalan tersebut.
Malam itu sungguh begitu gelap. Tidak ada bintang yang menggantung di langit, tak ada purnama yang bersinar. Yang terdengar hanyalah suara-suara malam yang begitu mencekam. Angin bertiup, sesekali gemuruh dan kilat juga tampak benderang menghiasi langit.
Setibanya di atas bukit, sang Kakek Alim itu benar-benar dibuat kaget ketika melihat sekeliling tempat itu yang begitu menjijikkan. Bau busuk menyeruak di mana-mana. Percikan darah merah bertebaran di atas batu-batu kecil yang di susun rapi dengan formasi melingkari sebuah batu besar. Terdapat juga lemang, darah segar, ayam hitam yang sudah disembelih, rokok dan juga buah-buahan. Di sisi kiri tebing, terdapat bangkai-bangkai ayam yang telah membusuk.
Kakek Alim beristighfar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Guru, tunjukkan kepadaku, batu mana yang akan aku hancurkan?" Tanya Ugol.
Sang Kakek terdiam sejenak. "Mari kita berdoa dulu untuk meminta perlindungan dari Allah SWT, semoga iblis-iblis dan semua niat jahat yang telah diniatkan oleh para pelakunya akan hancur lebur di tangan Nya yang maha kuat dan perkasa.
Berdoalah mereka berdua di tempat itu selama beberapa menit. Setelah itu, mulailah mereka melakukan pekerjaan tersebut.
"Angkat batu besar itu, dan buang ke bawah jurang. Biarkan aku yang akan menyingkirkan batu-batu kecil itu dengan kedua tanganku." Perintah Kakek Alim.
Ugol menganggukkan kepalanya. Dia segera melangkah menuju batu besar itu tanpa ragu sedikitpun. Batu itu berukuran besar. Ukuran batu itu sebesar pelukan kedua tangan orang dewasa hingga ke ujung kukunya. Panjangnya lebih dari satu meter. Separuh badan batu besar itu, terkubur di dalam tanah.
Ugol mulai menggali batu tersebut dengan sekop yang dibawanya dari rumah. Ia terus menggalinya tanpa henti. Hingga pada akhirnya, batu tersebut pun berhasil di keluarkan dari tempat duduknya.
Perlahan, angin mulai berhembus kencang dari segala penjuru. Mulailah Ugol menggoyang-goyangkan batu besar tersebut dengan kedua tangannya.
Dari sisi gelap di belakang pohon kemiri yang besar itu, tiba-tiba terdengarlah suara-suara yang begitu mengerikan. Suara itu mengerang dengan begitu keras, seperti auman harimau yang ganas. Memekik.
Sang Kakek alim itu langsung menghentikan pekerjaannya. Begitupun dengan Ugol. Tanpa pikir panjang, Kakek alim itu langsung melempari sumber suara-suara tersebut dengan batu-batu yang dipungutnya tadi. Kakek itu bahkan juga meneriaki suara itu dengan begitu lantang, menantangnya. Seakan tak merasa gentar walau sedikitpun.
"TUNJUKKAN WAJAHMU ITU WAHAI MAKHLUK YANG TERKUTUK! HADAPI AKU! TEMPATMU BUKAN DI SINI, TEMPATMU ADALAH DI DALAM NERAKA!" Kakek itu kembali melemparkan batu-batu itu ke arah suara tersebut. Sementara itu, Ugol masih juga tetap melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama kemudian, turunlah hujan. Semakin lama hujan tersebut menjadi semakin deras. Membuat permukaan tanah menjadi basah. Membuat malam menjadi semakin gelap dan sunyi. Sesekali petir juga menyambar di langit dengan suaranya yang memekik kan telinga.
Suara yang ganas itu juga semakin terdengar nyaring disertai dengan hembusan angin yang sangat kencang. Tidak lama kemudian, keluarlah makhluk besar yang bertanduk dari balik pohon tersebut. Tubuhnya menjulang tinggi, matanya memerah, telinganya besar dengan dua taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Tubuhnya di penuhi bulu-bulu yang lebat. Dia berdiri menatap tajam kepada mereka berdua.
Melihat wajahnya yang begitu menyeramkan, sang Kakek Alim itu pun langsung beristighfar, dan kemudian
mengangkatkan kedua tangannya untuk membacakan doa. Ugol yang gagah berani itu mulai mengangkat batu besar itu dengan kedua tangannya. Sedikitpun ia tak peduli dengan makhluk besar tinggi yang sedang menatap mereka di balik gelap. Setelah bersusah payah, akhirnya ia pun berhasil melemparkan batu besar itu ke bawah jurang yang ada di sisi bukit tersebut.
Belum sempat menegakkan pinggangnya, makhluk tinggi besar itu langsung menyerang Ugol. Tiba-tiba saja Ugol mengerang sembari memegang lehernya. Sesuatu sedang mencekik lehernya. Ugol mengerang kesakitan, hampir kehabisan nafas.
"AAKHH... TO...LOOONG..!" Jeritan suara Ugol hampir tak terdengar.
Sang Kakek segera mengambil air putih yang dibawanya. Lalu membacakan do'a, setelah itu beliau langsung menyiramkan air tersebut ke tubuh Ugol. Saat itu juga, cekikan di leher Ugol langsung terlepas. Ugol langsung terduduk di tanah. Ia hampir saja mati kehabisan nafas dicekik oleh makhluk tersebut.
"Wahai Jin kafir yang terkutuk! Aku perintahkan kau untuk pergi meninggalkan tempat ini dan jangan pernah lagi kau kembali. Jangan kau sesatkan manusia lagi. Jika kau tidak menuruti perintahku, maka, aku akan memenggal kepalamu dengan pedangku ini! Seru sang Kakek.
"Ini adalah tempatku. Aku tidak akan pernah meninggalkan tempat ini untuk selama-lamanya!" Jawab Jin kafir tersebut. Suaranya memekik, bagaikan halilintar yang menyambar.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan!"
Sang Kakek segera mengeluarkan pedangnya. Lalu membacakan doa- doa sembari melumuri pedangnya itu dengan air putih yang dibawanya. Pada saat itu, Ugol juga sudah bangun dari tempat duduknya.
Setelah itu, sang Kakek segera melompat ke dalam gelap dan menebas makhluk itu dengan pedangnya. Terjadilah pertempuran sengit antara keduanya. Kakek alim itu tepental beberapa meter ke belakang. Makhluk itu sungguh begitu kuat. Melihat hal tersebut, Ugol langsung melompat dan ikut membantu sang Kakek.
Setelah cukup lama berkecamuk di dalam gelap, akhirnya makhluk itu pun berhasil dihancurkan oleh sang kakek dan Ugol. Makhluk itu mengerang dan menjerit kesakitan. Suaranya memekik. Akhirnya, Jin kafir itu pun lenyap dan binasa.
Setelah itu, mereka berduapun segera menghancurkan tempat itu. Besok paginya, sang Kakek dan Ugol memanggil seorang penebang kayu untuk menebang pohon kemiri tersebut. Mereka juga membakar tempat itu hingga tak tersisa walau sedikitpun. Akhirnya, tempat yang dianggap sakti dan keramat itu pun hancur dan menjadi abu.
"Pergilah kau menemui kepala desa dan masyarakat yang ada di desa sebelah, katakan pada mereka bahwa kita telah menghancurkan tempat yang mereka anggap keramat ini. Sampaikan kepada mereka bahwa kita juga telah membunuh Jin kafir yang selalu mereka agung-agungkan tersebut. Katakan juga bahwa batu tersebut juga sudah kita lemparkan ke bawah jurang. Jika kau tidak memberitahu mereka, aku takut nantinya mereka akan mengira bahwa batu besar itu sudah terbang naik ke langit. Suruhlah mereka semua bertaubat!" Begitu kata sang Kakek pada Ugol.
Ugol pun segera berangkat menuju desa sebelah untuk mengabarkan semuanya. Seluruh warga desa pun terkejut mendengarnya. Ternyata tempat yang mereka anggap keramat itu tidak se-sakti dan tidak se-keramat seperti apa yang mereka bayangkan selama ini.
Sampai hari ini, syukurlah tidak ada lagi warga desa sebelah yang pergi ke tempat tersebut. Kebanyakan mereka telah bertaubat.
Pesan Moral :
"Jangan pernah takut pada makhluk apapun, jika kita berada di jalan yang benar, maka yakinlah bahwa Tuhan akan selalu melindungi kita"
Jangan meminta kepada Jin, karena mereka semua tidak ada yang bisa membantumu. Mintalah kepada Allah.
Comments
Post a Comment