Makan Malam di Rumah Makan Misterius
Sebuah Mobil Truck dari jawa melesat kencang di sebuah jalan dekat daerah Provinsi Jambi, di jalanan yang menghubungkan antara Kabupaten Merangin dan Kabupaten Kerinci. Mobil truck tersebut dikendarai oleh Amir bersama dengan Arif yang menjadi knek nya. Mereka berdua datang dari jawa untuk menjemput Jeruk madu pesanan mereka di sumatera, Kerinci, yaitu di desa Lempur.
Kabupaten Kerinci adalah sebuah daerah yang terletak di bagian paling ujung barat di Provinsi Jambi. Pada waktu dulu, Kerinci sempat menjadi bagian dari wilayah Sumatra barat, karena jaraknya ke kota Padang relatif jauh lebih dekat ketimbang jaraknya dengan kota Jambi. Kerinci adalah daerah pertanian. Yang paling terkenal dari kerinci adalah Kulit manisnya yang paling berkualitas di dunia, dan juga ladang Teh kayu aro, yang menjadi kebun teh terluas kedua di dunia. Selain Kulit manis dan Teh, ternyata Kerinci juga menjadi salah satu pemasok jeruk terbesar di indonesia.
Kembali pada cerita.
Itu adalah kali ke limanya Amir dan Arif datang berkunjung untuk menjemput jeruk di kerinci. Setiap dua minggu sekali, mereka berdua selalu rutin datang ke kerinci untuk melakukan penjemputan. Biasanya, mereka akan menghabiskan waktu 5 sampai 6 hari untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Malam itu adalah malam kamis, bulan november di tahun lalu.
Jam sudah menunjukkan pukul 01:00 dini hari. Mereka berdua baru saja tiba di daerah Bangko, pusat Kota di daerah Merangin. Untuk mencapai Kerinci, mereka akan membutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan. Mereka terus melaju kencang, menembus gelap dan membelah malam.
Sejak lepas landas dari kota Jambi sekitar pukul 20:00 wib malam tadi, Amir dan Arif belum juga sempat mengisi perut mereka, karena mereka berdua masih kenyang habis makan di warung nasi Padang sore tadi di kota Jambi. Saat memasuki daerah Perentak (ujung kabupaten Merangin), tiba-tiba saja rasa lapar pun mulai datang menyerang mereka. Akan tetapi, mereka masih juga menundanya, dan menahan rasa lapar tersebut hingga mereka sampai di warung nasi desa Muara Hemat nanti, yaitu desa pertama yang berada di kawasan Kerinci dari arah Merangin.
Dalam perjalanan dari Perentak Ke Kerinci, tiba-tiba turunlah hujan. Tidak begitu lebat, akan tetapi hujan tersebut cukup ampuh untuk menimbulkan beberapa genangan air di permukaan aspal yang tampak semakin menghitam. Amir terus menekan pedal gas truck nya, melewati jalanan yang berliku dan gelap.
Di sisi kiri badan jalan, terdapat jurang yang dalam. Di bawah jurang tersebut, terdapatlah sungai Batang Merangin yang mengalir dari danau Kerinci dan danau Lingkat menuju sungai Batang Hari di daerah Jambi. Di sanalah tempatnya bermuara.
Jalan lintas Kerinci - Merangin, sebenarnya juga tak kalah mengerikan dengan jalan lintas Km 15 yang menghubungkan antara Kerinci Jambi dan Pesisir Selatan Sumatera Barat. Jalan lintas Kerinci dan Merangin ini juga terkenal angker dan berbahaya. Jalan ini sering runtuh dan putus akibat longsor yang terjadi.
Di jalan ini juga sering terjadi kecelakaan. Dalam beberapa video di internet, terlihat banyak sekali video yang menampilkan truk-truk besar yang terjatuh ke dalam jurang saat melewati jalan tersebut. Jalur yang paling mengerikan itu di mulai dari daerah Birun Merangin hingga ke Muara Hemat di Kerinci. Jalanan ini benar-benar mengerikan. Jalan ini sudah banyak merenggut nyawa manusia.
Saat lepas dari desa Birun, Amir dan Arif mulai dihadapkan dengan jalan gelap yang berliku-liku. Pada saat itu, Amir sedikit menurunkan kecepatan laju truknya untuk melewati jalan tersebut. Begitulah yang sering ia lakukan sejak pertamakali melewati jalan tersebut. Ia selalu berhati-hati memperhatikan garis jalan yang seketika berbelok tajam, kadang mendaki dan juga menurun.
Hujan gerimis masih awet di luar jendela mobil. Namun suaranya tak terdengar hingga ke dalam mobil. Arif tampak sibuk mengikuti lirik-lirik lagu kesukaannya yang terdengar cukup nyaring dari speaker mobil. Sesekali Amir juga turut bernyanyi mengikuti lirik-lirik lagu yang diputar oleh Arif tersebut.
Setelah melewati jalanan yang berliku-liku dan penuh dengan tanjakan tadi, Amir dan Arif kini dihadapkan lagi dengan jalanan datar yang berliku-liku tajam. Kali ini, di sisi kiri jalan, penuh dengan jurang-jurang yang begitu dalam dan curam. Beberapa badan jalan di tempat itu banyak yang tampak retak, hancur, dan bahkan ada juga yang telah hilang jatuh ke bawah sana.
Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 03 dini hari lewat. Jalanan tampak begitu sepi. Tidak ada kendaraan yang melintas. Truck Amir dan Arif terus bergerak pelan, mengikuti liku-liku jalan dan menghindari jurang demi jurang yang tersebar di samping kiri.
Sekitar 25 menit melewati jalan itu, akhirnya Truk mereka tiba di jembatan perbatasan antara Merangin dan Kerinci. Di depan sana, di atas tebing, tertulis "Welcome to Kabupaten Kerinci". Setelah tulisan itu, barulah terlihat tugu tanduk yang berdiri di sisi kiri dan kanan jalan. Tugu itu adalah gerbang masuk menuju Kerinci.
Di dekat tugu tanduk itu, terdapat ada beberapa rumah warga. Tidak banyak. Mungkin hanyalah sekitar 5 rumah saja. Setelah itu, dalam jarak beberapa kilometer ke depan, tidak ada lagi rumah warga yang terlihat. Sekitar lebih dari setengah jam perjalanan lagi, barulah kita akan bertemu dengan desa-desa warga.
Tidak lama setelah melewati tugu tanduk itu, tiba-tiba Amir menghentikan Truknya. Ada sesuatu yang terjadi. Arif menaikkan alis matanya, bertanya kepada Amir, mengapa dia mendadak mengehentikan truk tersebut di tempat yang sepi itu? Ternyata Amir kebelet pipis. Dia pun segera keluar dari truk dan menuju ke belakang mobil.
Hujan gerimis masih awet turun dari langit. Membuat jendela dan kaca spion mobil menjadi tampak buram dan berembun. Bias cahaya lampu sen dalam samar tampak cukup terang, berkedip-kedip kemerahan di belakang sana. Arif membuka ponselnya. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 03:30 wib dini hari.
Beberapa menit sudah berlalu. Lima enam dan sudah lebih dari sepuluh menit berlalu, namun entah kenapa, Amir belum juga masuk ke dalam mobil. Arif yang kesal pun segera membuka kaca pintu mobil, dan kemudian berteriak sambil melongakkan kepalanya keluar untuk memanggil temannya tersebut. Namun, entah kenapa pula Amir tidak menjawabnya. Dari spion mobil, Amir tampak berjalan ke dalam semak-semak yang berada di sisi kiri jalan. Arif bingung. Apa yang dilakukan oleh Amir sejak tadi? Kenapa baru sekarang dia membuang hajatnya?
Arif pun menghela nafasnya, antara kesal dan bingung, karena Amir lagi-lagi tak menjawab seruannya tersebut. Amir memang begitu, dia adalah orang yang suka melengah dan cuek, kadang juga acuh tak acuh dengan omongan orang. Begitulah dia. Ya sudah, Arif pun kembali menutup kaca pintu mobilnya. Dia segera memutar lagu barat terfavoritnya, "Mr. Thambourine man" yang dinyanyikan oleh Bob Dylan. Arif bahkan sampe berteriak dan memejamkan matanya untuk mengikuti irama lagu tersebut dengan penuh penghayatan. Sepertinya, cerita yang disajikan oleh lagu tersebut sejalan dengan cerita hidupnya. Entahlah, mungkin saja begitu.
Tak lama kemudian, lewatlah sebuah mobil sedan dari arah belakang. Mobil itu melesat kencang. Saat melewati truk Arif, mobil sedan itu membunyikan klakson nya. Hal tersebut lantas membuat Arif tersadar kembali. Dia segera mematikan speaker tersebut, dan kemudian bergegas keluar mobil untuk memanggil Amir yang belum juga kembali. Arif turun dan keluar dengan lampu ponselnya.
Saat tiba di belakang mobil, ternyata dia tidak menemukan Amir. Arif pun segera berteriak memanggil-manggil Amir, akan tetapi tetap saja tidak ada suara Amir yang menyahutinya. Arif pun segera berjalan jauh sedikit ke belakang, ke tempat dimana ia tadi melihat Amir terakhir kali. Setibanya di sana, anehnya dia juga tidak menemukan Amir di tempat itu.
Hujan gerimis terus berjatuhan lembut dari langit tanpa henti. Malam terasa semakin mencekam. Hawa dingin menyeruak dan menusuk tajam ke kulit. Amir segera kembali ke dalam truk untuk mengambil mantel hujannya. Dia juga beberapa kali menekan tombol klakson, berharap Amir dapat mendengarnya dan kembali menuju truk. Sekitar 15 menit dia membunyikan klakson mobil, namun Amir belum juga keluar menampakkan dirinya. Arif pun mulai panik.
Dia segera keluar dari dalam mobil dan kembali berteriak untuk mencari Amir temannya tersebut. Hingga pukul 04: 20 wib pagi, Amir belum juga menampakkan dirinya. Hampir satu jam telah berlalu. Pikiran Arif mulai tak terkendali. Dia mulai berpikir dan menduga-duga. Jangan-jangan Amir diterkam oleh Harimau seperti kejadian beberapa bulan lalu yang menimpa pemuda di desa Perentak?
Sekitar dua bulan lalu, ada berita yang cukup viral di internet. Seorang pemuda di desa Perentak diterkam harimau saat mencari sinyal ponselnya di dalam gelap untuk bermain game. Pemuda itu pun tewas mengenaskan.
Arif mulai takut. Dia segera membuka ponselnya untuk menelepon Amir, namun di tempat itu tidak ada jaringan. Arif terus berteriak memanggil Amir, dia juga berjalan ke dalam semak-semak yang ada di sekitar sana untuk mencari Amir, namun dia tetap juga tidak menemukannya.
Jalanan tampak begitu sepi dan mencekam. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat di tempat itu. Arif mulai kebingungan, dia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk menemukan temannya tersebut.
Arif terus berputar-putar di tempat itu untuk mencari Amir. Entah mengapa, tiba-tiba saja sekujur bulu kuduknya pun mulai berdiri. Rasa takut mulai datang menyelimutinya. Entah mengapa ia merasa, seakan-akan ada sosok yang sedang memperhatikannya dari balik gelap di seberang sana. Apakah itu hanya perasaanya? Entahlah. Arif pun segera berlari masuk ke dalam mobil.
Waktu terus berlalu. Jam sudah menunjukkan 04:30 pagi . Tak lama kemudian, dari kejauhan, terlihat ada pancaran cahaya yang berjalan di dalam gelap. Cahaya itu tampak semakin dekat ke arahnya. Ternyata itu adalah lampu dari sebuah motor matic yang dikendarai oleh dua orang pria.
Arif segera menghentikan mereka untuk meminta pertolongan. Dua pria itu pun akhirnya berhenti dan menepi di dekat truknya. Lantas, Arif pun segera menceritakan semuanya kepada mereka. Dua pria itu pun kaget dan juga bingung. Lantas, mereka pun ikut membantu Arif untuk mencari Amir. Hingga sekitar pukul 05:00 pagi, Amir belum juga berhasil ditemukan.
Saat itu, jalanan sudah mulai ramai dilalui oleh banyak kendaraan. Sebagian dari mereka yang lewat, ada yang berhenti dan turut menolong Arif untuk mencari temannya tersebut. Hingga hari pun berlanjut dengan siang, namun Amir tetap juga belum ditemukan. Para Polisi dan tim sar kini juga sudah banyak yang berdatangan dan turun ke lokasi untuk mencari Amir. Mereka menyusuri hutan demi hutan yang ada di sekitar sana, namun mereka tetap tidak juga menemukannya. Amir menghilang tanpa jejak.
Pencarian terus berlanjut. Para tim pencari kini bahkan sudah banyak yang turun ke bawah-bawah tebing yang berjarak sekitar 1 km dari lokasi terakhir kali Arif melihat Amir, barangkali saja Amir berlari karena dikejar oleh sesuatu dan kemudian jatuh ke bawah jurang. Akan tetapi semuanya tetap nihil. Mereka belum juga menemukannya.
Sekitar pukul 05 sore, salah satu tim sar menemukan sesuatu di sekitaran tempat tersebut. Jaraknya dengan lokasi berkisar sekitar 500 meter . Benda itu adalah sandal milik Amir. Sandal tersebut dia temukan di dekat semak-semak yang ada di sana. Namun, anehnya sandal tersebut hanya bagian kiri, sedangkan sandal bagian kanannya tidak ditemukan.
Berita tentang menghilangnya Amir pun mulai menyebar kemana-mana. Ramai orang-orang yang berdatangan dan ikut membantu pencarian. Namun, sampai pada hari yang kedua itu pun Amir belum juga di temukan. Pencarian masih terus berlanjut. Siang dan juga malam.
Pada hari yang ke tiga, sebuah mobil travel dari Kerinci menuju Jambi melintas di jalan tersebut. Dengan tidak sengaja, sang sopir melihat ada seorang pria aneh yang tengah memegang daun-daunan di tangannya. Pria itu berjalan di dalam kebun sawit yang berada di tepi jalan sambil memakan dedaunan yang ada di tangannya. Sang sopir segera menemui pria tersebut, dan kemudian membawanya ke dalam mobilnya untuk di antar menuju lokasi pencarian.
Setibanya di sana, sang sopir itu pun segera memberitahu Arif teman korban tentang sosok pria yang ditemukannya tersebut. Dan saat itulah Arif terkejut, ternyata pria itu adalah Amir temannya. Jarak antara tempat sang sopir travel itu menemukan Amir dengan lokasi kejadian tempat hilangnya Amir tersebut adalah sekitar 2 Km.
Kaki Amir penuh dengan darah akibat terluka oleh duri-duri yang tersebar di dalam semak. Bajunya pun juga banyak yang sobek. Saat ditemukan, Amir terlihat seperti orang gila. Dia memakan daun-daunan rumput yang di ambilnya, sehingga membuat gigi dan mulutnya menjadi tampak hijau seperti warna dedaunan.
Setelah sadar, barulah ia menceritakan semuanya.
Ternyata, setelah membuang hajatnya di belakang mobil, saat menoleh ke samping kiri belakang jalan, tiba-tiba Amir melihat ada sebuah warung nasi yang sangat bagus. Bangunannya tampak begitu mewah dan juga megah. Warung nasi itu tampak sangat ramai, pelayan-pelayannya pun juga tampak begitu cantik dan menggoda. Amir yang terpana dan separuh penasaran itu, pun langsung bergegas menuju rumah makan tersebut. Karena saat itu dia sedang merasa lapar.
Para pelayan yang cantik itu menyajikan makanan-makanan yang sangat enak untuk Amir, sehingga membuat Amir sampai beberapa kali meminta makanan tambahan. Tak lama kemudian, entah bagaimana pula tiba-tiba saja dia sudah berada di tepi jalan bersama sopir mobil yang tidak ia kenali.
Sopir tersebut memberitahu Amir, bahwa banyak orang-orang mencarinya di belakang sana. Sopir tersebut pun juga mengatakan bahwa dia telah hilang sejak tiga hari yang lalu. Saat itulah Amir menjadi bingung. Dan kemudian mengikuti perkataan sang sopir tersebut untuk masuk ke dalam mobilnya. Saat melihat truknya yang terparkir di tepi jalan dan orang-orang yang ramai bersama Arif di tempat itu, barulah ia sadar tentang apa yang telah terjadi.
Yang membuatnya bingung adalah, menurutnya dia baru saja beberapa menit duduk di rumah makan tersebut, akan tetapi entah bagaimana mungkin Arif mengatakan bahwa dia telah hilang 3 hari yang lalu. Ternyata Amir terseret ke dalam alam Jin. Beberapa menit di alam sana sama saja dengan beberapa hari di alam dunia.
Sejak hari itu, Amir dan Arif tidak pernah lagi lewat di jalan itu di malam hari.
Pesan Moral:
1. "Jangan kencing sembarangan, dan jangan lupa untuk bersuci setelah membuang hajat."
2. "Jangan terbiasa mengabaikan dan melalaikan perkataan orang lain"
Comments
Post a Comment