Kerinci dan budayanya
Kerinci,
Mendengar namanya saja, entah kenapa teman saya yang dari Kalimantan langsung takjub.
"Wah... Namanya imut banget, kayak ada manis-manisnya gitu di bibir." Begitu katanya.
Sontak, saya-pun langsung terpingkal menekan perut menahan tawa.
Seperti namanya, Kerinci itu memang manis dan indah apabila kita mau meniliknya dan menelusurinya lebih jauh. Kita akan melihat; begitu subur tanahnya, begitu hijau sawah beserta alamnya, dan betapa tinggi gunung-gunungnya yang menjulang ke langit. Maka tak heran jika orang-orang sering menjulukinya dengan sebutan, "Kerinci adalah sekepal tanah surga yang tercampak ke bumi."
Nah, kalau kita berbicara tentang Kerinci, temen-temen udah pada tahu gak nih Kerinci itu dimana? Dan bagaimana asal usul namanya? Untuk temen-temen yang belum tahu, ayo kita intip sama-sama, ya.
Kerinci adalah nama sebuah Kabupaten yang terletak di bagian paling barat Provinsi Jambi. Nama Kerinci sendiri diambil dari nama sebuah bunga yang tumbuh di dataran tinggi India selatan, yaitu bunga Kurintji.
Wilayah Kerinci termasuk kedalam salah satu wilayah paling tertinggi di kawasan pulau sumatera. Maka, tak aneh lagi jika atap sumatera berada disini, yaitu gunung Kerinci.
Berbicara tentang keindahan alam yang ada di Kerinci, sepertinya tidak akan pernah cukup jika kita membahasnya disini. Kali ini kami sengaja ingin mengajak temen-temen semua untuk menulusuri Kerinci lebih dekat dan jauh lebih dalam lagi. Tujuannya ialah; agar kita semua tahu bahwa tak hanya sekedar alamnya saja yang indah, akan tetapi Kerinci juga punya sisi lain yang justru jauh lebih menarik untuk kita tilik bersama, yaitu tradisi dan nilai-nilai budaya yang ada di Kerinci.
Yang pertama, kita akan mulai dari dialek bahasanya.
Menurut kazov seorang peneliti bahasa yang berasal dari Amerika mengatakan bahwa, dialek bahasa yang ada di Kerinci berkisar sekitar 80 dialek.
Hampir di setiap desa yang ada di kabupaten kerinci punya dialek bahasanya masing-masing. Walaupun dialek bahasanya berbeda-beda, akan tetapi yang paling menarik adalah, ternyata semua penduduknya paham dengan dialek desa lain walaupun sebenarnya bahasa mereka berbeda jauh.
Jika kita berkunjung dari satu desa ke desa yang lain di kerinci, kita pasti akan menjadi heran, karena melihat satu desa dengan desa yang lain tidak sama bahasanya walaupun jarak mereka sangat dekat sekali.
Ada sebuah cerita kecil, cerita ini terjadi ketika saya berada di Malaysia. Pada waktu itu saya bersama orang Lombok, Madura, dan juga Jawa.
Ketika saya berbicara dengan teman-teman saya yang berasal dari kerinci, tiba-tiba salah satu teman kami dari lombok memotong pembicaraan.
"Bang Zain bener orang Kerinci, kan?"
Sayapun mengangguk untuk mengiyakannya.
"Loh, kok bahasanya bang Zain sama bahasanya bang Hardi, dan bahasanya bg Deki bisa beda, ya? Bukankah Bang Zain, bang Hardi, dan Bang Deki adalah orang Kerinci?"
Saya sempat tertawa kecil mendengarnya.
"Iya, bang. Kami semua adalah orang Kerinci. Akan tetapi bahasa kami tidak sama, namun kami semua tetap bisa paham dengan bahasa yang kami ucapkan. Karena Kerinci punya banyak bahasa".
Begitu jawab saya.
Teman saya yang berasal dari Lombok itupun terperangah mendengar penjelasan singkat saya tersebut.
Di samping itu, hal unik lainnya tentang Kerinci adalah ritual adatnya. Di dalam melaksanakan ritual adat, setiap desa punya ritual dan tata caranya sendiri. Acara ritual ini sering disebut dengan "kenduri seko".
Acara kenduri seko biasanya diadakan setahun sekali, dan ada juga yang dua tahun sekali.
Acara ritual kenduri seko ini adalah acara pembersihan atau penyucian benda-benda pusaka peninggalan dari para tetua desa di masa dahulu. Benda-benda itu berupa keris, pedang, baju adat, batu, dan banyak lagi yang lainnya. Benda benda ini dibersihkan, dan kemudian disimpan kembali pada tempatnya.
Acara kenduri seko juga dilakukan untuk mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah.
Dalam acara kenduri seko ini, biasanya selalu ada pertunjukan tari pedang atau yang sering juga disebut "silek". Didalam silek ini, seorang Karay silat akan mempertontonkan kepiawannya didalam memainkan pedang. Biasanya akan ada duel sengit antara seorang karay silat dengan karay silat yang lain.
Selain pertunjukan silat, ada juga beberapa pertunjukan-perjunjukan lain yang tidak kalah serunya, yaitu acara ritual berjalan di atas kaca, berjalan di atas api, dan juga acara mandi gading gajah.
Catatan, tidak semua desa di Kerinci punya acara ritual yang sama, akan tetapi setiap desa punya acara ritual yang berbeda, baik itu waktunya maupun tata caranya.
Di dalam pelaksanaan acara kenduri seko, biasanya masyarakat juga tidak lupa melantumkan syair-syair dan sajak-sajak tua yang di iringi dengan alat musik tradisional kerinci, yaitu gong buloh.
Gong buloh adalah alat musik sejenis gendang, yang dipukul-pukul dengan tangan maupun dengan stik. Alat musik ini terbuat dari bambu-bambu pilihan, yang kemudian diberi ukiran-ukiran indah hingga tampak begitu menarik.
Selain itu, Kerinci juga sering disebut dengan negeri "Uhang Kayo" (Orang Kaya). Hal ini dikarenakan masyarakat kerinci suka memanggil dan menyebut kepada orang yang lebih tua dengan sebutan Kayo (kaya). Tujuannya ialah untuk menghormati orang yang lebih tua. Jadi, baik orang tua itu miskin ataupun kaya, mereka semua tetap akan dipanggil dengan sebutan kaya.
Dalam segi tataan budaya, Kerinci punya corak budaya yang sedikit cenderung mirip dengan budaya Minang Kabau. Sedangkan di dalam segi tataan pemerintahannya, Kerinci sedikit lebih mirip dengan pemerintahan dan adat Jambi.
Hal ini terjadi karena Kerinci pernah masuk ke dalam wilayah kerajaan Minang Kabau dan juga kerajaan Jambi. Oleh karena itulah Kerinci punya sedikit banyak kemiripan dengan adat dan budaya Minang Kabau dan Jambi. Kendati demikian, sebenarnya Kerinci tetaplah Kerinci yang punya budaya dan adatnya sendiri.
Comments
Post a Comment