Antara Aku, Takdir dan Waktu

Pergantian musim dan waktu seringkali membuat perubahan yang sangat drastis terjadi di muka bumi ini. Seperti halnya dengan kehidupan ini yang katanya seperti roda yang berputar-putar, semuanya akan di pergilir-kan sesuai dengan masa yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Ilustrasi
Bukanlah sebuah hal yang mengherankan lagi. Jika hari ini kita melihat ada sebuah dataran kering yang tandus dan gersang, namun setelah beberapa bulan kemudian dengan ajaib tiba-tiba saja dataran itu kini telah menjelma menjadi sebuah taman bunga yang hijau dan indah. Begitulah gambaran kecil dari siklus kehidupan kita.
Empat bulan yang lalu, minggu sore, akhirnya kebingunganku berakhir dengan sebuah pengakuan yang membuatku lega, walaupun sebenarnya disisi lain keputusan itu juga membuatku jatuh dan hampir tak berdaya.
Aku lega karena akhirnya akupun menjadi tahu tentang apa yang selama ini yang telah membuat kepalaku menjadi insomnia disepanjang malam. Dan aku jatuh, karena ternyata pengakuan itu benar-benar pahit dan diluar dugaanku. Ternyata kini sang bidadari telah lepas kedalam genggaman tangan orang lain.
Pada saat itu, minggu sore, hampir saja air mataku ini jatuh membelah pipi, dadaku benar-benar sesak, namun segera ku balikkan pikiran ini, bahwa pada saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk menangisi seorang wanita, karena ada yang jauh lebih penting daripada hal tersebut, yaitu mengurus dan merawat ayahku yang sedang terbaring sakit di rumah kakak.
Satu bulan sebelumnya, ayahku masuk ke rumah sakit karena menderita penyakit paru-paru. Kondisi tubuhnya sangat lemah, dan ia terlihat semakin kurus dan pucat. Namun beberapa hari kemudian, akhirnya kondisi ayahku semakin membaik. Hingga akhirnya beliau-pun diizinkan pulang oleh sang dokter.
Dua minggu sepulangnya ayahku dari rumah sakit, mendadak penyakitnya kambuh lagi. Kali ini kondisi beliau terlihat lebih parah dari sebelumnya. Para tetangga menyarankan agar segera membawa ayahku kepada orang pintar, karena mereka beranggapan bahwa ayahku itu mungkin sudah terkena racun kuno yang mematikan.
Atas saran tersebut, aku dan kakakku pun akhirnya membawa ayahku kepada orang pintar untuk disembuhkan. Selama kurang lebih dua minggu aku selalu membawa ayahku pergi berobat rutin di sana, namun belum juga ada tanda-tanda yang  muncul yang menunjukkan bahwa kondisi beliau akan semakin membaik.
Selama ayahku jatuh sakit, aku jarang menghabiskan hari bersama teman-temanku. Aku selalu sibuk mengurus dan merawat ayahku. Menyuapi beliau makan, mendudukkan dan membaringkan beliau ke atas ranjang. Terkadang aku bahkan juga pernah tidak tidur semalaman suntuk hanya untuk menjaga dan menghibur beliau dengan berbagai cerita.
Ayahku suka bercerita walaupun kondisi tubuhnya saat itu sangat lemah. Beliau banyak bercerita tentang masalalu ketika ibuku masih ada, berkata bahwa ibuku adalah wanita yang pandai memasak. Beliau juga bercerita tentang masa muda sewaktu beliau berburu rusa dan babi di hutan. Ya, ayahku benar-benar orang punya segudang cerita.
 Tidak hanya itu, kami bercerita tentang banyak hal, hingga akhirnya akupun melihat suatu pertanda di wajahnya, bahwa ternyata hari itu akan semakin dekat. Ayahku seringkali mengatakan padaku, "Jika nanti ayah benar-benar pergi, kau janganlah bersedih, kau jangan putus kuliah, kau harus tetap kuliah".
Dan beliau juga menyampaikan beberapa wasiat kepadaku.
Lima hari sebelum hari minggu itu tiba. Ayahku selalu menyuruhku untuk memimpinnya berzikir. Aku pun melakukannya, aku memimpin ayahku berzikir di sepanjang malam sampai ia tertidur hingga bangun kembali, lalu kemudian zikir lagi. Hal tersebut aku lakukan hingga pagi datang.
Begitulah yang kami lakukan di sepanjang lima malam terakhir. Saat itulah aku baru tahu, ternyata ayahku adalah sosok seorang lelaki yang romantis dan penyayang. Karena sebelum itu aku benar-benar tidak mengetahuinya.
Karena ayahku adalah seorang ayah yang tegas, jarang memujiku, yang jarang tersenyum kepadaku dan beliau juga jarang mengucapkan bahwa ia menyayangiku. Karena beliau selalu mendidik ku dengan keras semenjak aku ditinggal pergi oleh ibuku di waktu kecil.
Mungkin begitulah kebanyakan sifat dari seorang ayah. Mereka jarang menampakkan kasih sayang mereka kepada anak mereka. Namun pada saat-saat itu, kasih sayangnya benar-benar terlihat amat nyata.
Iya, hari itu adalah hari minggu. Hari dimana aku melihat ada raut pucat yang tidak biasa terbit di dalam wajahnya. Raut itu seakan-akan mengisyaratkan kepadaku, bahwa tidak lama lagi ayahku akan segera pulang menuju tempat yang jauh. Namun aku berusaha untuk melupakan hal tersebut.
Pada hari itu, seperti biasa, aku menyuapi ayahku. Membangunkannya, mendudukkannya, dan kemudian membaringkan nya kembali. Aku selalu berada di sisi beliau di sepanjang waktu.
Minggu sore, mendadak ponselku berdering. Sebuah pesan kuterima dari seseorang yang sengaja tak ku tuliskan namanya. Wanita itu tiba-tiba meminta maaf kepadaku. Dan akupun sudah memaafkannya sebelum dia meminta maaf kepadaku.
Pada sore itu terjadilah percakapan panjang diantara kami. Dan di ujung percakapan itu, wanita itupun memberiku sebuah pengakuan. Bahwa kini dirinya sudah di jodohkan dengan seorang lelaki.
Itulah saat-saat dimana aku berada di posisi yang paling rumit yang pernah aku alami di dalam hidupku. Karena aku benar-benar tidak menyangka hal itu bisa terjadi.
Hatiku sesak, jantung ini seakan-akan ingin meledak dan pecah, air mataku ini hampir tumpah membelah pipi, namun segera ku balikkan pikiran ini. Bahwa pada saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk menangisi kepergian seorang wanita. Karena aku harus merawat ayahku agar beliau cepat sembuh kembali.
Di dalam kondisi yang serumit itu, aku benar-benar terpukul sekali. Aku merasa bahwa segala tujuan dari mimpi dan cita-citaku telah berakhir sampai disitu. Tidak dapat ku pungkiri, saat itu aku benar-benar kecewa.
Adzan mhagrib berkumandan di masjid, segera ku basuh wajahku ini dengan air wuduk untuk menenangkan diri. Aku kemudian langsung menunaikan sholat.
Setelah itu, aku kembali duduk di samping ayahku untuk menemani beliau masih terbaring lemah. Pada saat itu pikiranku ini melayang-layang. Dadaku sesak, dan aku merasa air mataku ini benar-benar ingin tumpah.
Namun pada saat itu, kesedihanku ini lenyap seketika sewaktu aku mendengar suara nafas ayahku yang mendadak terdengar berbeda. Nafasnya perlahan-lahan mulai memburu naik dan tidak beraturan. Aku kemudian langsung memanggil kakakku agar segera datang karena pada saat itu kakakku sholat didalam kamar.
Kakak ku pun datang, kemudian kami membacakan yasin bersama dua orang keponakanku. Setelah membaca yasin, suara nafas ayahku semakin cepat. Sehingga membuatku menjadi sangat takut.
Akupun menggenggam tangan kanan ayahku, dan kemudian mulai menuntunnya untuk mengucapkan syahadat. Sedangkan keponakanku menuntun beliau dari sebelah kiri sembari menggenggam tangan kiri beliau.
Aku mulai membisikkan telinga ayahku dengan syahadat. Begitupun dengan keponakanku. Perlahan-lahan ayahku mengikutinya. Saat itu kondisi nafas beliau benar-benar sudah berada dipuncak nya. Seakan-akan terdengar seperti suara nafas orang yang habis berlari dalam jarak yang sangat jauh.
Suaranya terdengar putus-putus.
Pada saat itu, aku ingin menangis melihatnya, namun pesan beliau, ayahku berkata "jika ayah pergi, maka kau janganlah menangis dan bersedih". Itulah yang membuat air mataku ini tertahan meskipun sebenarnya hatiku ini sudah hancur dan tak tersisa lagi di dalamnya.
Aku menjerit di dalam hati sewaktu mulutku ini menuntun ayahku dengan lafadz syahadat. Dan kulihat untuk yang terakhir kalinya bibir ayahku bergerak sembari melafalkan syahadat dengan mata yang menyala.
Pada saat itulah aku melihat perlahan bibirnya mulai kaku, tatapan matanya seakan telah kosong. Yang tersisa hanyalah gerakan wajahnya yang menciut pelan sembari giginya menggigit  menahan sakit dahsyatnya sakaratul maut. Dan akhirnya, saat itu insya allah ayahku pun meninggal dalam keadaan yang khusnul khotimah. Amiin.
Hari minggu, empat bulan yang lalu. Itulah hari yang tidak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku. Yang mana pada hari itu Tuhan mengujiku dengan dua ujian yang seakan-akan saling berdatangan dan bergantian untuk menghujam hatiku ini dan menghancurkannya dalam satu waktu yang bersamaan.
Iya, sampai hari ini, dan sampai kapanpun, aku tidak akan pernah melupakan nya.
Semenjak hari itu, semenjak kepergian ayahku, entah mengapa aku selalu berpikir untuk pergi membawa diriku ini melangkah jauh, dan melupakan semuanya.
Aku merasa, kini seakan-akan cahaya telah lenyap dan menghilang dari rumahku, sehingga membuatku merasa tidak betah lagi tinggal dirumah.  Aku selalu berpikir untuk pergi mengembara menuju tempat-tempat yang jauh, dan melupakan semuanya.
Dua luka yang tertancap di hatiku pada hari itu benar-benar telah mengubah alur hidupku.
Seiring berjalan nya waktu, kini akupun sudah pergi meninggalkan rumahku untuk belajar menuntut ilmu disebuah tempat yang cukup jauh. Aku belajar dan terus belajar.
Dan kini, akhirnya akupun menemukan sebuah kesimpulan dan jawaban dari sebuah takdir yang pernah menimpaku.
Ternyata pergantian musim dan waktu seringkali membuat sesuatu hal menjadi berubah drastis. Seperti halnya tanah tandus yang menjelma menjadi taman bunga yang indah.
Kini, aku telah menemukan hidupku. Berkat kesabaranku itu, akhirnya Tuhan memeberiku sebuah kejutan yang istimewa.
Beberapa hari yang lalu, ada seorang bos dari Biro Travel yang menghubungiku, beliau menawariku untuk berkerja sama dengan perusahaan milik beliau dalam memajukan perusahaan beliau.
Beliau menawariku agar menjadi seorang videografer di perusahaan beliau. Dan akupun menerima tawaran tersebut. Dan cita-citaku untuk berkeliling dunia pun sudah semakin dekat sekali.
Dan kini, aku pun telah menjadi seorang videografer. Yang akan segera menginjakkan kaki di berbagai benua. Benar kata orang, jika kita percaya kepada Takdir Tuhan, maka semuanya akan menjadi mudah untuk di jalani. 
Semua yang hilang akan tergantikan. Hidup memang kadang terasa pahit, namun percayalah bahwa kepahitan hidup akan membuatmu tahu betapa manisnya sebuah kehidupan.
Di ujung cerita, aku ingin menuliskan sebait kata mutiara.
"Orang hebat itu tidak akan pernah mati oleh dua peluru!"

Comments

  1. Nice story 🌻
    Congrats bg Zain and success in the future

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Sejarah Desa Koto Petai