Puisi-puisi suntuk
Benci.
Entahlah.
Aku bertanya-tanya kepada langit
Kepada siapa aku memaki?
Satu jiwa-pun tak ada yang bersamaku..
Dari waktu ke waktu yang ku jejaki
Hanyalah lorong kesunyian dan semu
Mengarungi lekuk bekuk malam yang kosong membuatku hancur..
Dilumuri dendam yang hampir jenuh
Penuh luka,
Asaku ciut di cekam zaman
Hanyalah gumpalan benci, yang menempel
Dinding hatiku ini sungguh remuk
Benci kepada bayangan yang pergi menjauh,
Semakin luput dan lekam oleh hujan..
*****
RINDU
Adalah sungai yang mengalir,
Tidak akan pernah jeda sebelum bermuara..
Tahukah kau, kekasih?
Ujung rindu adalah temu?
Kalutan di hati tak akan pernah berakhir,
Sebagaimana hausnya bumi ini yang menunggu hujan..
Ketika pertemuan itu tiba,
Dasar hatimu akan subur kembali,
Bagaikan unta gurun yang meneguk cawan emas..
Ditumbuhi oleh bunga-bunga yang harum mewangi..
Mengusir pergi sang kemarau panjang yang membawa debu..
Kau tak perlu sungkan untuk bercerita,
Karena telinga sang penguasa sudah berada di mulutmu..
Ceritakan..
Ungkapkan..
Kejujuran mu adalah sebuah cinta..
*****
SEORANG PENGAGUM MU
Tahukah, kau?
Kekasih,
Entahlah, siapakah makhluk tuhan mu yang selalu meratap kepada waktu?
Lembaran demi lembaran di buku ini telah kubedah..
Kutelusuri jauh, hingga ke batas lorong nya yang begitu sempit,
Sungguh ribuan bait yang tak bermakna..
Tak ada satupun yang aku temui..
Mungkin aku?
Adalah seorang pengagum mu yang selalu bercerita kepada sunyi..
Seorang pendamba mu yang selalu mengadu kepada tuhan..
Bertilan rindu, berselimut rapuh..
Seperti musafir gurun yang meneriakkan bintang kepada langit,
Memuji ayu kepada sang Dewi malam..
Meski robek mulutnya,
Hancur jiwanya,
Sang cahaya akan selalu diam di balik awan,
Membisu tanpa sahutan,
Dan mengucilkan nya tanpa jawaban..
Kekasih..
Begitukah inginmu?
Membiarkan sang musafir itu hancur di tikam waktu?
Terbunuh dalam kehausan yang menyesakkan?
Hanya satu pintanya..
Agar kau tahu...
†*****
Kenangan bodoh
Jeritan nya luput di gusur angin,
Lenyap, menghilang bersama pekikan langit,
Dari sini..
Seorang lelaki menyeret tubuh lusuhnya, Berjalan, menilik remang-remang cahaya bintang di celah hujan,
Apakah dia tahu?
Sejuta kalimat tanya membelenggu jasadnya..
Bersimbah luka..
Dikuyup perihnya air mata ratap,
Andai saja kau melihatku,
Kala itu duka akan mengutuk mu,
Merunut kenangan silam,
Itulah aku yang begitu bodoh,
Pernah mengharapkan mu,
Dulu...
*****
PUTUS
Berat jalan berlarian, menghadap timur laut harap sang putri, gugusan dan gugusan, menghentak jiwa ku tersentak,
Ombak demi ombak, tubuhku hanyut ,karang cinta berdiri tegak, lemas ku tengglam tak dapat ketepian,
Senja kau datang kabut ku hilang,
Cerah mu datang ,redup aku di genggaman, pulau kasih kita berdua,
Tinggalkan pasir berwarna merah,
Gugusan pun sirna setelah sekian lama tercipta, bagai bakau menyilang nyilang ku tak tentu kini terjerat, terpenjara di akar jalang.
****
KEKECEWAAN.
Bayang garis katulistiwa, di jauh tampak fana, aku dekap bayang bayang awan hitam, semakin dalam, semakin dalam,
Aku mengusung lewat mimpi,
Aku bernaung lewat tatapan lalu,
Seribu kupu di pelupuk mata,aku campak,
Aku capung di luasnya gurun, bukan unta,
Hanya capung, kepak kulemah, bukan kupu di pengindaham taman, aku takut guntur, tak dapat kubawa diri, kini ku terbang menelusuri goa gelap, dengan setitik cahaya, kupandang hujanku ini,menunggu reda, aku sungguh takut guntur itu terus jadi bayang.
Puisi by: Zainuddin & M.Hazwan
LIHAT PUISI LAIN NYA
Comments
Post a Comment