PULAU HANTU PART 1/13

PART 1


Setelah hampir 4 tahun berjuang di meja kampus, tidak ku sangka ternyata perjuanganku itupun akan segera berakhir dengan mulus. Hari ini adalah hari yang paling bersejarah di dalam hidupku. Hari ini adalah hari wisudaku.

Namaku Ranti, kini umurku sudah hampir 22.

Berbagai rasa datang menyelimuti hatiku di hari ini. Orangtuaku bahkan ikut menangis terharu melihat putrinya yang cantik ini-pun akhirnya mengenakkan toga yang indah, yang mereka impi-impikan sejak dulu. Hari wisudaku benar-benar terasa mengesankan.

Apalagi aku dan teman-temanku juga sudah punya rencana yang spesial, rencananya setelah wisuda ini selesai, besok lusa kami akan segera berlibur dan menghabiskan waktu di sebuah pulau yang indah. Di manakah pulau tersebut?
Itulah yang akan aku ceritakan di dalam cerita ini.

_________

Minggu pagi.

Ponselku berdering sekitar pukul 07:00.
Setelah kulihat, ternyata itu adalah pesan dari Abin.
"Selamat pagi, jangan lupa ya, hari ini kita punya jadwal yang spesial, loh, hhh, yaitu jalan-jalan... Pulau impian sudah di depan mata, Yeee 😁
Pukul 08:00 semuanya udah ngumpul di bandara."

"Ooo ya, jangan lupa bawa logistik untuk 4 hari juga, ya 😁"
Begitulah isi pesan tersebut di dalam group wa di ponselku.
Sekitar pukul 07:15, aku pamit sama mama dan papa. Setelah itu langsung bertolak menuju bandara.

Ternyata semua anggota kami udah siap disana, kecuali Aldi. Sekitar 20 menit kemudian, Aldi pun sudah tiba di lokasi. Dan, penerbangan pun akan segera dimulai.

Sekitar 1 jam lebih di udara, akhirnya pesawat pun berhasil mendarat dengan mulus. Selanjutnya akan diteruskan lagi dengan mobil menuju pantai.

Perjalanan menaiki mobil dari bandara ke pantai menghabiskan waktu sekitar 4 jam perjalanan. Karena jaraknya cukup jauh dan terpencil dari kota.

Akhirnya, kamipun sampai di pantai. Pantai itu sangat indah dan menawan. Pasir putihnya membentang panjang hingga beberapa kilometer. Namun sayangnya aku tidak tahu persis panjang pantai tersebut.

Di pantai tersebut terdapat pohon-pohon pinus yang berjajar rapi. Namun tidak ada satupun perahu nelayan yang nampak terparkir di tepi, kecuali hanya di sekitar dermaga.

Di sana adalah sekitar 10-13 kapal kecil yang tertambat. Dari dermaga itulah tempat kami membeli tiket untuk berangkat ke pulau tujuan kami, yaitu pulau impian kata Abin. Aku tidak tahu apakah nama asli dari pulau tersebut. Mendengar Abin yang bilang pulau impian, yah mau tidak mau aku juga ikut menyebutnya pulau impian.

Pantai disana cukup indah dan menawan, hingga akupun sampai berpendapat bahwa pantai itu masuk kedalam daftar pantai favorit di dalam buku harian ku. Aku menyebutnya pantai salju. Karena pasirnya putih dan bersih.

Namun, ada yang sedikit mengganjal di hatiku, entah kenapa tidak ada satupun turis yang terlihat di sepanjang pantai. Padahal setiap ada pantai yang indah dan bagus, pasti hampir semuanya ada turis yang datang. Namun, tidak beberapa lama kemudian, pertanyaanku itu segera menghilang setelah kapal yang kami tumpangi mulai bertolak ke dalam lautan.

Angin bertiup pelan, hingga membuatku sampai beberapakali membenahi rambut. Teman-temanku sibuk berfoto di dalam kapal. Hanya aku dan Aldi yang memilih untuk memencilkan diri. Karena aku sibuk menggoreskan pena di buku harianku. Sementara Aldi sibuk berbincang dengan pak sopir dan dua temannya.


Perjalanan sudah menghabiskan waktu 1 jam lebih. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 16:00 sore. Tinggal 2 jam lagi, maka sunset akan segera menampakkan wajahnya. Begitulah gemingku dalam hati seraya menutup buku harianku.

"Ranti, yuk ikutan selfie bareng, sini!" Mela berseru riang memanggilku.
"Aldi! kamu juga, ayo sini! Duh, kalian berdua ini, setiap jalan-jalan pasti suka menyendiri, jangan jangan jodoh, ya? Hihi" Semua teman-temanku yqng juga ikut bersorak. Tertawa riang. Begitulah Mela, dia suka ceplas ceplos tidak karuan.

Sekitar pukul 17:20 sore, akhirnya kapal kamipun berlabuh di sebuah pulau yang indah.

Benar kata Abin, pulau ini adalah pulau impian. Begitu gemingku dalam hati ketika pertamakali menginjakkan kaki di atas pulau tersebut.

Pantai yang ada di pulau ini sepertinya dua kali lipat jauh lebih indah dibandingkan dengan pantai yang telah kuberi nama pantai salju.

Pulau ini ditumbuhi oleh pohon-pohon pinus raksasa yang begitu tinggi menjulang ke langit. Pantainya bersih. Tidak ada sampah plastik yang terlihat. Pantai ini seakan dirawat dan dijaga dengan baik.

Airnya jernih. Berbagai jenis ikan nampak jelas berkeliaran di sekitar terumbu karang. Ikan-ikannya jinak dan juga cantik. Pantasan Abin menyebutnya pulau impian, tidak salah lagi, itu adalah nama yang tepat untuk pulau ini.

Setelah mengantarkan kami, sopir kapal meninggalkan nomor teleponnya kepada Aldi. Beliau juga meninggalkan sedikit pesan, tolong jangan melakukan hal-hal aneh yang di luar batas, karena tempat ini sedikit berbahaya dan angker.

Beliau melambaikan tangan kepada kami.
"Selamat berlibur ya, semoga liburannya menyenangkan. Sampai jumpa lagi 4 hari yang akan datang di jam yang sama!" Begitulah kata beliau sambil tersenyum manis seraya bertolak kembali menuju daratan. Kamipun tidak kalah hangatnya menyambut ucapan selamat tersebut.

Tak lama kemudian, seiring berjalannya waktu, maka kapal yang tadinya kami tumpangi pun sudah lenyap dari pandangan mata. Dan kini, sang senja indah telah tiba, dan waktunya untuk bersantai-santai-pun telah datang.

Di kaki langit barat, warna jingga membahana indah, bergores-gores seakan terlihat seperti lukisan seniman klasik. Burung-burung beterbangan di langit, sepertinya mereka akan pulang menuju sarang.

Namun ada pula yang malah keluar. Ratusan dan bahkan ribuan kelelawar terlihat mulai berkeliaran memadati langit, mereka berkeliaran kesana-kemari mencari makanan. Nuansa senja di pulau impian terasa begitu mengesankan.

Malam telah tiba.

Aku sibuk memasak dengan kompor gas miniku di samping tenda, sementara 3 orang temanku yang lain, Mela, Abin, dan Raysa sibuk mendendangkan lagu dengan gitar.

Aldi malah berputar-putar dengan senternya, dia terlihat berjalan  kesana-kemari, kemudian berjalan ke dalam hutan yang berjarak sekitar 30 meter dari tenda. Sementara Ani sibuk membantuku memasak.

"Lihat tuh, mereka seneng banget, ya..?" Ani tersenyum kecil sembari melihat Mela dan dua teman kami yang lain asyik bernyanyi di depan api unggun.

Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Tuh, lihat tuh si Aldi, ngapain ya dia di sana? Mending bantu-bantu cari kayu, kek" Aku melirik Aldi penuh tanya. Kemudian melanjutkan kembali pekerjaanku.

Kira-kira 10 menit kemudian, eh tiba-tiba si Aldi muncul lagi dari hutan.
"Tuh, kan, dia bisa baca hati kamu, Ranti, hhha" Ani sedikit mencemooh ku ketika melihat Aldi datang sambil membawa cukup banyak kayu bakar.
Dan, akupun tersenyum kecil menanggapi cemoohan tersebut.

Aldi, dia adalah lelaki yang berpostur tinggi, namun dia sedikit pendiam. Dia adalah orang yang jarang terbahak-bahak saat teretawa, bawaannya serius terus. Akan tetapi jangan salah, dia itu ganteng loh. Tapi sayang, dia itu masih jomblo, loh, kayak aku. Eh, entah kenapa pula aku sampai membandingkan diriku ini dengan dia. Aneh.

Waktu terus berjalan.

Selesai makan malam, kami melanjutkan dengan acara nyanyi-nyanyi bareng. Setiap orang harus punya satu lagu khusus. Yaitu lagu terfavorit. Acara malam pertama di pulau impian benar-benar menyenangkan sekali bagiku. Apalagi ini semua kami lakukan setelah semua pekerjaan tuntas. Setelah wisuda di kampus 2 hari yang lalu, rasanya lega sekali. Mungkin beginilah rasanya bebas dari penjara. Begitu gemingku dalam hati.

Jam sudah menunjukkan pukul 00:34 malam.
Rasa kantuk mulai membubarkan kami semua.
Aku dan Ani tidur dalam satu tenda, sementara Mela dan Raysa tidur dalam tenda yang lain, juga Abin dan Aldi. Kami tidur dalam 3 tenda yang hanya berjarak sekitar 3 meter.

Kami tertidur pulas.

Beberapa jam kemudian, entah kenapa aku tiba-tiba saja terbangun dari tidur. Ku lihat jam sudah menunjukkan hampir pukul 3 pagi.

Lalu kemudian aku kembali memejamkan mata untuk tidur.
Beberapa menit kemudian, ketika aku hampir saja benar-benar tertidur, tiba-tiba saja aku terbangun kembali setelah mendengar ada suara aneh yang entah dari mana asalnya.

Sekilas, suara itu terdengar seperti orang yang sedang memukul besi. Namun aku tidak bisa memastikannya lebih jelas lagi, karena suara tersebut bercampur dengan suara ombak dan angin malam yang bertiup sedikit kencang.

Aku memutuskan untuk kembali tidur.
Namun, beberapa saat kemudian, aku-pun kembali terbangun dari tidur. Kali ini ada bunyi suara lain yang lebih jelas terdengar dari pada suara yang pertama tadi kudengar. Aku masih memasang telinga untuk mendengarkannya lebih jelas.

Suara itu terdengar seperti suara orang yang sedang berbisik-bisik. Akan tetapi aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Aku masih diam di tempat untuk mendengarkannya lebih jelas. Barangkali saja itu adalah suara teman-temanku yang berada di tenda sebelah. Dan aku-pun mulai merinding setelah menyadari bahwa suara tersebut bukanlah suara teman-temanku.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku sengaja membuatnya senyap.
"Ranti, apakah itu adalah suara kamu dan Ani?" Pesan itu dikirim oleh Aldi.

Aku sedikit berseru lega dalam hati. Ternyata Aldi masih terbangun.
"Bukan, itu bukan kami. Ani masih tidur, aku tidak tahu itu suara siapa, aku takut" Kemudian pesan itu langsung aku kirimkan ke Aldi.

Beberapa detik kemudian.

"Oke, baiklah. Kamu jangan takut lagi, ya. Tolong bangunin Ani pelan-pelan, jangan nyalakan lampu, dan jangan sampai Ani jadi panik dan takut, oke"
"Oke.." Begitu balasku, singkat.

Aku langsung membangunkan Ani. Dan syukur dia tidak terkejut. Aku kemudian memberitahunya apa yang sedang terjadi. Dia langsung ketakutan. Namun aku berusaha untuk menenangkannya.

"Kamu bawa pisau, kan? Keluarkan pisau mu untuk jaga-jaga" Aldi kembali mengirimkan pesannya padaku.
Aku langsung ingat, dan kemudian mengeluarkan pisau garpu dari dalam tas ku. Begitupun Ani.
"Iya, kami sudah mengambilnya" Begitu balasku singkat.

Suara itu terdengar semakin parah. Aku bahkan dapat mendengar dengan jelas suara itu adalah suara orang yang berjalan dan berlari di sekitar tenda kami. Saat aku memberanikan diri untuk mengintip, namun aku tidak menemukan apapun yang ada di luar sana.

"Jangan keluar dari tenda sebelum pagi, oke? Seperti apapun bunyi yang kamu denger, kamu jangan keluar, oke!
Begitulah isi pesan singkat Aldi kepadaku.

Aku hanya membalasnya dengan kata "oke"

Waktu terus berjalan. Ada bermacam suara yang kudengar di luar. Bahkan suara itu terdengar seperti orang yang sedang mengotak-atik piring, dan kemudian membenturkannya satu sama lain.

Aku dan Ani hanya bisa mendekam di dalam tenda menahan takut. Ani bahkan sampai menangis mendengarnya. Rasa takut, cemas, dan khawatir bercampur hebat mengguncang jantungku.

Sesekali, suara itu terdengar seperti orang yang sedang tertawa lepas. Bunyi tawanya   mengerikan sekali.
Beberapa jam kemudian, suara-suara itu mulai berangsur-angsur lenyap dan akhirnya menghilang tersapu angin pagi yang bertiup.

Pagi telah tiba.

>> BACA KELANJUTAN CERITANYA

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13


>> CERITA LAINNYA

Comments

Popular posts from this blog

ISIM MUFRAD, MUTSANNA, DAN JAMAK

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara