CERITA MISTERI HUTAN LADANG KARET PART 9



PART 9


Tingginya hampir 3 meter. Tubuhnya kekar dan berbulu lebat. Dia punya satu tanduk di kepala, kukunya panjang sekali. Yang paling membuatku merinding adalah wajahnya.


Bola matanya merah menyala, dua taring keluar dari mulutnya, runcing sekali, panjangnya sepanjang jari tengah. Makhluk itu tiba-tiba berhenti dalam jarak 15 meter dari kami. Sekarang dia menatap tajam ke arah kami penuh amarah.

Kami diam saling menatap muka. Pak Witan telah bersiap dengan senjata api ditangan, tak ketinggalan juga Mardian.

Anjing kakekku malah memberontak ingin segera melompat untuk menyerang makhluk tersebut. Namun beruntung aku segera bergerak untuk menghalanginya. Sekarang dia hanya bisa menggonggong keras ke arah makhluk tersebut.

Aneh sekali. Entah apa yang sedang ia lakukan disitu. Dia hanya berdiri menatap mata kami.

"Jangan lihat matanya! Mendadak Pak Witan berseru dari sebelah. Aku langsung teringat, dan kemudian memalingkan muka.

Anjing kakekku masih berisik dan memberontak untuk melepaskan diri. Namun aku tetap teguh memegangnya. Karena jika ku lepaskan, pasti makhluk itu akan mencabik-cabik-kan tubuhnya hingga hancur. Itu tidak akan aku biarkan.

Tak beberapa lama kemudian, tiba-tiba makhluk itu kembali buas. Ia mengerang keras, suaranya terdengar sangat menyeramkan. Hingga anjing kakekku yang tadinya berisik kini terdiam seketika.

Saat itulah aku rasakan lututku bergerak sendiri. Tubuhku yang tadinya hangat karena udara yang panas kini langsung dingin seketika. Aku merasakan sendi-sendiku seolah tidak lagi berfungsi. Seperti bermimpi di kejar harimau, kakiku kaku, mulutku kelu tak mampu bersuara.

"HHUUUUAAAACCCHHRRR...
HHHUUUAAACCCHHHRRR..

Makhluk itu mulai bergerak. Logi sudah jauh menarik diri kebelakang. Sementara Pak Witan dan Mardian mulai mundur kebelakang. Begitupun denganku, aku juga tidak mau ketinggalan.

Tiba-tiba makhluk itu berlari ke arah kami. Dia memukul apapun yang menghalanginya. Lorong yang selebar satu meter itu kini telah melebar. Dinding-dindingnya runtuh. Debu-debu beterbangan mamadati ruangan lorong tersebut.

Makhluk itu menghantam benda yang ada ditangannya ke lantai, sehingga benda tersebut menjadi hancur lebur.

"Oh Tuhaaan...!

Ternyata benda itu adalah makhluk hidup. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, apakah itu adalah tubuh seekor kambing?dan ataukah tubuh binatang lain? Entahlah. Lantai lorong merah bersimbah darah.

"SINI OBOR MU!
Pak Witan berseru keras sambil sigap meraih obor yang berada di tanganku.

Mardian sudah mulai menembak. Dia berhasil mengenai perut makhluk tersebut. Namun peluru pertama seakan tiada berarti apa-apa baginya. Dia bahkan terlihat semakin ganas dan melemparkan serpihan dinding lorong ke arah kami.

Lemparan itu mengenai kaki Pak Witan. Beliau menjerit keras menahan sakit. Kaki beliau langsung berdarah.

Melihat hal tersebut, Mardian menjadi semakin panik. Makhluk itu mulai memegang dinding lorong dan memanjatnya untuk menyerang kami.

Melihat hal tersebut, Mardian langsung melepaskan tembakan demi tembakan ke tubuh makhluk tersebut. Namun dia tidak begitu cermat. Peluru-peluru itu banyak yang kesasar mengenai dinding. Itulah resiko menembak dalam keadaan panik.

Dalam kondisi yang serumit itu. Pak Witan berusaha kembali meraih senjata. Sedangkan aku bersiap-siap dengan golok di tangan.

Saat itu tiba-tiba aku tidak sengaja melihat obor yang tadinya dipegang Pak Witan tergeletak di tanah. Obor tersebut sudah padam. Aku segera kembali menyalakannya dengan korek apiku.

"Oh tidak! Makhluk itu sudah berhasil naik. Dia berdiri menatap kami dengan penuh amarah. Dia mengerang keras ke arah kami. Seolah melampiaskan amarah terbesarnya.

Satu, dua, tiga kali sudah kunyalakan korekku, namun selalu gagal. Sepertinya ada yang salah dengan kirekku, dan ataukah karena aku yang terlalu panik?

Jarak antara kami dan makhluk tersebut mungkin hanya terpaut 8 meter.

Yang ke enam kalinya, barulah aku berhasil menyalakannya. Sementara anjing kakekku mulai mendapatkan mentalnya kembali setelah melihat kami berempat tidak mau tinggal diam. Dia segera berlari menyerang makhluk tersebut. Dia berhasil menggigit perutnya.

Namun makhluk itu terlalu kuat untuk dilawan. Dia segera memegang tubuh anjing kakekku itu yang terlihat seperti orang besar yang sedang memegang kucing. Lalu kemudian mulai mencekik lehernya dengan kukunya yang panjang.

Melihat hal tersebut, Pak Witan dan Mardian tak mau tinggal diam. Mereka segera mengarahkan bidikan mereka ke tangan makhluk tersebut, dan hasilnya mereka berhasil menahan cekikan makhluk tersebut kepada anjing kakekku.

Aku segera berlari mendekat membawa obor yang sedang menyala. Lalu kemudian membakar pahanya dengan obor tersebut. Saat itulah dia baru melepaskan cengkraman tangannya ditubuh anjing kajkekku.

Si hitam sudah lepas, namun dia tidak bisa berdiri dengan baik. Dia hanya terkapar di tanah. Logi tiba-tiba berdiri membawa batu besar. Dan kemudian menghantam kepala makhluk tersebut.

Aku sempat bingung, padahal Logi terluka cukup parah di tubuhnya, tapi kok kenapa dia bisa punya tenaga sekuat itu melemparkan batu seukuran 4 kali tinju ke arah makhluk tersebut? Aku sempat bingung. Namun itu bukanlah saat yang tepat untuk bingung.

Makhluk itu mengerang kesakitan. Api mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Tiba-tiba saja dia melompat ke bawah lorong, dan kemudian berlari kencang untuk menyelamatkan dirinya.

Sakin paniknya makhluk tersebut, dia bahkan sampai beberapa kali menabrak dinding lorong. Dinding-dinding lorong yang tua dan retak itu berjatuhan ke lantai. Suaranya seperti bunyi bangunan yang runtuh. Makhluk itu berlari jauh kedalam lorong entah kemana.

Suaranya terdengar semakin jauh. Seolah terdengar semua dinding yang ia lalui seakan runtuh di buatnya.

Jauh dan semakin jauh. Suara makhluk tersebut semakin mengecil dan kemudian menghilang entah kemana.

Aku segera mendekati si hitam. Dia benar-benar sudah tidak berdaya lagi untuk berdiri. Kakinya patah, tulangnya bahkan terlihat sudah keluar.

Perutnya sobek. Lehernya hanya tergores luka-luka kecil. Akan tetapi dia masih bisa bernafas. Dia tak mampu bersuara sedikitpun.

"Bapak tidak apa-apa?" Mardian membantu Pak Witan berdiri.

"Uuuuhhh parah lukanya, pak" Mardian sedikit berekspresi ketika melihat luka di kaki Pak Witan.

Kaki beliau berdarah di bagian betis. Bengkak. Beliau bahkan sampai mengernyitkan mata sembari menarik nafas menahan sakit luka yang ada  di kakinya.

Kami segera berjalan untuk meninggalkan tempat tersebut. Mardian membantu Pak Witan, sementara aku menggendong anjing kakekku yang terluka hampir separuh mati.

Untung saja makhluk itu belum sempat mencekik leher si hitam, jika dia sempat saja sedikit, pasti anjing kakekku ini sudah mati dibuatnya. Begitu gemingku lega di dalam hati.

Kami terus berjalan menyusuri lorong yang berbentuk goa tersebut.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Tenaga kami sudah hampir habis. Lelah, haus, dan juga lapar terasa semakin menyiksa.

Tubuh kami mulai melemah.

Kami terus berjalan dan berjalan.

Sampailah kira-kira pukul 9 malam. Akhirnya kami berhasil menemukan jalan keluar dari ruangan tersebut.

Ternyata lorong itu tembus ke mulut goa yang terletak di ujung selatan kebun karet. Goa itu terletak di samping air terjun yang cukup tinggi.

Dari situlah kami memaksakan diri untuk kembali berjalan ke arah utara.
Sekitar pukul 11 malam, barulah akhirnya kami berhasil sampai di dekat tenda kami. Seetibanya disana, ternyata puluhan warga sudah berkumpul untuk mencari kami.

Kemudian mereka membawa kami pulang.

Sekitar satu bulan kemudian, anjing kakekku mulai bisa berjalan pelan setelah di obati.

Begitupun Pak Witan dan Logi. Alkhamdulillah kondisi mereka sudah mulai membaik.

Sampai sekarang, cerita rakyat Kerinci tentang makhluk besar yang punya kaki terbalik itu masih hangat di ceritakan.

Nama makhluk itu adalah "Tihaa"

Si makhluk besar yang punya tanduk dan kaki yang terbalik.


                            TAMAT.


BACA CERITA LAINNYA >>

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8

Comments

  1. Oh My God..
    Alhamdulillah, syukur deh akhirnya makhluk yg ngeri itu kebakar

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

ISIM MUFRAD, MUTSANNA, DAN JAMAK

TERNYATA KEBERADAAN TEMBOK YA'JUJ WA MA'JUJ ADA DI....

Kisah pertarungan burung srigunting vs elang siraja udara